Pemerintah Lituania meminta bantuan NATO untuk memperkuat pertahanan udaranya. Ini disampaikan setelah terungkap bahwa sebuah drone militer Rusia yang terbang ke negara Baltik tersebut pekan lalu, ternyata membawa bahan peledak.
Menteri Luar Negeri Lituania Kestutis Budrys mengatakan bahwa insiden tersebut merupakan salah satu dari beberapa insiden serupa yang terjadi baru-baru ini. Dia menyebut hal itu sebagai "tanda yang mengkhawatirkan bahwa agresi Rusia terhadap Ukraina meluas ke wilayah NATO".
Dilansir kantor berita AFP, Rabu (6/8/2025), Budrys mengatakan ia telah menulis surat kepada Sekjen NATO Mark Rutte untuk meminta "tindakan segera untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara di Lituania", termasuk patroli udara dari sekutu-sekutu NATO negara tersebut.
Menteri Pertahanan Lituania Dovile Sakaliene mengatakan bahwa negara tersebut sedang membentuk unit-unit lapangan untuk menanggapi ancaman drone serta mengerahkan "unit pertahanan udara yang dilengkapi dengan senjata jarak pendek".
Drone Rusia tersebut terbang dari Belarusia, sekutu Rusia, yang bertetangga dengan Lituania, pada 28 Juli dan terlihat terbang di atas sebagian wilayah ibu kota Lituania, Vilnius.
Drone tersebut akhirnya ditemukan di area latihan militer pada 1 Agustus. Para pejabat Lituania mengatakan mereka yakin itu adalah model drone bernama Gerbera, yang digunakan untuk misi penyerangan dan pengintaian.
Jaksa Agung Nida Grunskiene mengatakan drone tersebut "membawa alat peledak, yang berhasil dinetralisir oleh spesialis angkatan bersenjata Lituania di lokasi kejadian".
"Salah satu teori utama investigasi ini adalah bahwa drone tersebut secara tidak sengaja memasuki wilayah Lituania," tuturnya.
"Saya ingin menekankan bahwa teori-teori lain sedang diselidiki secara paralel," ujar Jaksa Agung Lituania tersebut.
(ita/ita)