Presiden El Salvador Nayib Bukele mendapatkan hak untuk mencalonkan diri kembali dalam pilpres tanpa batas masa jabatan. Hal ini setelah kongres El Salvador, yang dikuasai partainya Bukele, menyetujui reformasi konstitusi secara luas, yang menghapuskan batas masa jabatan untuk presiden.
Reformasi konstitusi itu juga memperpanjang masa jabatan presiden dari lima tahun menjadi enam tahun.
Bukele yang berusia 44 tahun telah menjabat sebagai Presiden El Salvador sejak tahun 2019, dan kembali terpilih untuk menjabat periode kedua pada tahun 2024 lalu, dengan perolehan 85 persen suara dukungan dalam pemilu negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekarang Bukele dan partainya, Nuevas Ideas, memegang kendali hampir sepenuhnya atas lembaga-lembaga negara di El Salvador. Kubu oposisi menyebut hal tersebut sebagai "kediktatoran".
Dalam voting yang dipercepat, seperti dilansir AFP, Jumat (1/8/2025), sebanyak 57 dari 60 anggota parlemen El Salvador menyetujui undang-undang (UU) yang memungkinkan pemilihan kembali "tanpa syarat atau batasan". Dengan diloloskannya UU ini, berarti Bukele akan bisa maju capres untuk periode ketiga.
UU tersebut juga mengatur perpanjangan masa jabatan presiden dari yang tadinya lima tahun, menjadi enam tahun, dan menghapuskan putaran kedua pemungutan suara dalam pemilu di negara tersebut.
Tak hanya itu saja, reformasi konstitusi yang diatur dalam UU itu juga memperpendek masa jabatan untuk presiden saat ini -- Bukele sendiri -- sebanyak dua tahun, kemudian mempercepat pemilu pada Maret 2027 -- yang memungkinkan Bukele untuk menjabat lebih lama di periode ketiganya jika dia menang pemilu.
Dalam voting yang sama, para anggota parlemen El Salvador juga memilih untuk menyelaraskan pemilu legislatif, pemilihan presiden (pilpres), dan pemilihan wali kota atau pejabat daerah.
Tonton juga video "238 Gangster Venezuela Kiriman Trump Tiba di Penjara El Salvador" di sini:
Hasil voting parlemen itu menuai perayaan yang diwarnai kembang api di alun-alun utama ibu kota San Salvador, saat para anggota parlemen El Salvador meratifikasi reformasi konstitusi tersebut dalam sesi pleno kedua yang berlangsung hingga larut malam pada Kamis (31/7) waktu setempat.
"Terima kasih telah mengukir sejarah, rekan-rekan," kata Presiden Majelis atau parlemen El Salvador, Ernesto Castro, yang berasal dari partai Bukele yang berkuasa.
Bukele mendapatkan dukungan yang sangat besar di dalam negeri atas kampanye kerasnya melawan geng-geng kriminal, yang telah menurunkan tingkat kekerasan di negara itu ke titik terendah dalam sejarah.
Namun dia juga menuai kritikan tajam dari kelompok hak asasi manusia (HAM) internasional terkait gelombang penangkapan yang menargetkan para pembela HAM dan pengkritik pemerintah, yang mendorong puluhan jurnalis dan pekerja kemanusiaan untuk meninggalkan negara tersebut.
Kritikan dan kecaman dilontarkan kubu oposisi terhadap keputusan parlemen El Salvador. "Hari ini, demokrasi telah mati di El Salvador. Mereka telah melepas topeng mereka... Mereka tidak tahu malu," ucap anggota parlemen dari oposisi, Marcela Villatoro.