Rusia terus melancarkan serangan ke Ukraina. Setidaknya 20 orang tewas dan lebih dari 40 orang terluka dalam serangan terbaru Rusia ke sejumlah lokasi di Ukraina.
Kepala administrasi militer wilayah Zaporizhzhia, Ivan Fedorov, mengatakan bahwa Rusia melancarkan delapan serangan di wilayah Zaporizhzhia pada Senin (28/7), menghantam sebuah penjara.
"16 orang tewas, 35 orang terluka," tulisnya di Telegram, seraya menambahkan bahwa gedung penjara tersebut hancur dan rumah-rumah di sekitarnya rusak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah orang juga tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan di wilayah Dnipropetrovsk, menurut pejabat pemerintah daerah, dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (29/7/2025).
Sebuah serangan rudal di kota Kamyanske menewaskan dua orang, melukai lima orang, dan merusak sebuah rumah sakit, tulis Sergiy Lysak, kepala administrasi militer regional di Telegram.
Satu orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangan di distrik Synelnykivsky di wilayah tersebut, ujar Lysak.
Dalam serangan terpisah di Velykomykhaylivska pada Senin (28/7) malam waktu setempat, seorang "perempuan berusia 75 tahun tewas. Seorang pria berusia 68 tahun terluka. Sebuah rumah pribadi rusak," tulis Lysak di Telegram.
Sementara itu, di wilayah Rostov, Rusia selatan, serangan drone Ukraina menewaskan satu orang.
"Sebuah mobil rusak di Jalan Ostrovsky. Sayangnya, pengemudi yang berada di dalamnya tewas," kata Yuri Slyusar, Plt Gubernur Rostov, dalam sebuah unggahan di Telegram.
Ukraina telah berupaya menangkis serangan-serangan gencar Rusia, yang telah membuat kemajuan baru ke wilayah-wilayah yang sebagian besar belum tersentuh sejak dimulainya invasi Rusia pada tahun 2022.
Pada akhir pekan kemarin, militer Rusia mengatakan pasukannya telah "membebaskan permukiman Maliyevka" di Dnipropetrovsk, beberapa minggu setelah merebut desa pertama di wilayah tersebut.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Senin memberi Moskow tenggat waktu "sekitar 10 atau 12 hari" untuk mengakhiri konflik di Ukraina, atau menghadapi sanksi berat.
Simak juga Video 'Kremlin: Perundingan Damai di Ukraina Rumit, Mustahil Ada Keajaiban':