Iran telah mengganti sistem pertahanan udara yang rusak selama perang 12 hari dengan Israel bulan lalu.
Israel melancarkan kampanye serangan udara mendadak terhadap Iran pada pertengahan Juni, yang mendorong Teheran untuk merespons dengan melancarkan serangan drone dan rudal.
Serangan Israel memberikan pukulan telak bagi pertahanan udara republik Islam tersebut, yang berulang kali diaktifkan di ibu kota Teheran dan di seluruh Iran selama perang itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Musuh Zionis berusaha menghancurkan kemampuan pertahanan Iran, dan beberapa sistem pertahanan kita rusak dalam perang itu," kata kepala operasi angkatan darat Mahmoud Mousavi seperti dikutip oleh kantor berita resmi Iran, IRNA.
"Sistem pertahanan yang rusak kini telah diganti," imbuh jenderal senior tersebut, dilansir dari kantor berita AFP, Senin (21/7/2025).
Jaringan pertahanan udara Iran mencakup sistem seperti Bavar-373 dan Khordad-15 buatan dalam negeri, yang dirancang untuk melawan rudal dan pesawat. Iran juga memasang sistem pertahanan udara S-300 Rusia pada tahun 2016.
Perang dengan Israel tersebut menewaskan lebih dari 1.000 orang di Iran, sementara gempuran Iran menewaskan sedikitnya 28 orang di Israel, menurut otoritas di masing-masing negara.
Pada 22 Juni, sekutu Israel, Amerika Serikat, juga melakukan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap situs-situs nuklir Iran di Fordo, Isfahan, dan Natanz.
Tingkat kerusakan program nuklir Iran masih belum jelas.
Presiden AS Donald Trump bersikeras bahwa situs-situs tersebut "hancur total". Namun, laporan media AS meragukan tingkat keparahan kerusakannya.
Pada hari Jumat lalu, NBC News, mengutip penilaian kerusakan militer, melaporkan bahwa hanya satu dari tiga situs tersebut yang sebagian besar hancur.
Lihat juga Video Ladang Minyak yang Dikelola Perusahaan AS di Irak Diserang Drone