Trump Ancam Iran: Bikin Kesepakatan Nuklir atau Serangan Lebih Brutal!

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 13 Jun 2025 17:59 WIB
Presiden AS Donald Trump (dok. Getty Images via AFP/CHIP SOMODEVILLA)
Washington DC -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak Iran untuk mencapai kesepakatan mengenai program nuklirnya, atau berisiko menghadapi "serangan yang lebih brutal". Trump mengingatkan bahwa masih ada waktu bagi Teheran untuk mencegah konflik lebih lanjut dengan Israel.

Desakan ini disampaikan setelah Israel melancarkan rentetan serangan mematikan terhadap target nuklir dan militer Iran pada Jumat (13/6) pagi.

Serangan Tel Aviv itu dilaporkan menewaskan kepala korps elite Garda Revolusi Iran Hossein Salami, kepala staf angkatan bersenjata Iran Mohammad Bagheri, dan enam ilmuwan nuklir Iran. Sejumlah bangunan permukiman di Teheran, menurut media pemerintah Iran, juga terkena serangan dan menewaskan sejumlah warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.

"Telah terjadi kematian dan kehancuran besar, tetapi masih ada waktu untuk mengakhiri pembantaian ini, dengan serangan-serangan berikutnya sudah direncanakan bahkan lebih brutal," kata Trump dalam pernyataan terbaru via media sosial Truth Social, seperti dilansir AFP, Jumat (13/6/2025).

Israel melancarkan gelombang serangan terbaru terhadap Iran pada Jumat (13/6) pagi, dengan mengatakan bahwa mereka menargetkan fasilitas nuklir, pabrik rudal, dan para komandan militer Teheran dalam upaya mencegah negara itu membangun senjata nuklir.

Juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, mengatakan serangan itu melibatkan 200 jet tempur yang menyerang sekitar 100 target di wilayah Iran.

Trump menambahkan bahwa AS memberikan Iran "kesempatan demi kesempatan" untuk mencapai kesepakatan.

Washington dan Teheran telah menggelar lima pertemuan untuk merundingkan kesepakatan nuklir. Putaran keenam perundingan nuklir itu akan digelar di Oman pada Minggu (15/6), dengan beberapa waktu terakhir, Iran menegaskan akan meningkatkan kadar pengayaan uranium -- isu kritis dalam perundingan itu.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.




(nvc/ita)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork