Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengomentari unjuk rasa yang marak di negaranya untuk memprotes penahanan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu, yang dikenal sebagai rival politik utamanya. Dia menyebut aksi protes itu telah menjadi "gerakan kekerasan".
Erdogan juga menegaskan bahwa Partai Rakyat Republik (CHP), yang merupakan oposisi utama di Turki, akan dimintai pertanggungjawaban atas para personel kepolisian yang menjadi korban luka dan kerusakan terhadap properti selama unjuk rasa berlangsung.
Penahanan Imamoglu pada Rabu (19/3) lalu memicu aksi protes, yang tercatat sebagai unjuk rasa jalanan terbesar di Turki dalam lebih dari satu dekade terakhir. Pada Minggu (23/3), pengadilan Turki menjebloskan Imamoglu ke dalam penjara, sembari menunggu persidangan, atas tuduhan korupsi yang dibantahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CHP dan para pendukungnya menyebut tuduhan yang menjerat Imamoglu -- tuduhan korupsi dan membantu organisasi teroris -- bermotif politik dan tidak demokratis, yang telah dibantah oleh pemerintahan Erdogan.
Meskipun ada larangan berkumpul di jalanan yang diberlakukan di banyak kota di Turki, unjuk rasa antipemerintah yang sebagian besar berlangsung damai terus digelar. Bahkan memasuki malam keenam secara berturut-turut pada Senin (24/3), dengan ribuan orang berpartisipasi.
Pemimpin CHP, Ozgur Ozel, mengulangi seruan agar unjuk rasa secara nasional terus berlanjut.
Berbicara setelah rapat kabinet di Ankara, seperti dilansir Reuters, Selasa (25/3/2025), Erdogan mengatakan bahwa CHP harus berhenti "memprovokasi" warga.
"Sebagai sebuah negara, kami memantau dengan terkejut peristiwa yang muncul, setelah seruan oposisi utama untuk turun ke jalanan menyusul operasi korupsi yang berpusat di Istanbul, yang berubah menjadi gerakan kekerasan," kata Erdogan yang kini berusia 71 tahun.
Lihat Video: Gas Air Mata hingga Nyala Kembang Api di Demo Istanbul Turki
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.