Departemen Amerika Serikat (AS) akan menggunakan kecerdasan buatan atau AI untuk menyelidiki mahasiswa-mahasiswa asing di wilayahnya. Jika mahasiswa asing yang menempuh studi di AS itu dianggap sebagai pendukung kelompok militan Hamas, maka visa mereka akan dicabut.
Kebijakan baru ini, seperti dilansir Reuters, Kamis (7/3/2025), dilakukan setelah Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Januari lalu untuk memerangi antisemitisme dan berjanji mendeportasi mahasiswa asing yang terlibat dalam aksi pro-Palestina selama beberapa bulan terakhir.
Aksi pro-Palestina, yang beberapa berlangsung di kampus-kampus AS, marak digelar di berbagai wilayah AS sejak perang antara Israel dan Hamas berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober 2023 lalu. Washington telah menetapkan Hamas sebagai "organisasi teroris asing".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan untuk menggunakan AI dalam menyelidiki mahasiswa asing di AS ini diungkapkan oleh sejumlah pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, yang enggan disebut namanya, yang berbicara kepada Axios.
Upaya bernama "Catch and Revoke" yang didukung AI ini, menurut Axios, akan mencakup peninjauan dengan dibantu AI terhadap puluhan ribu akun media sosial, yang pemiliknya memegang visa mahasiswa di AS.
Laporan Axios menyebut para pejabat Departemen Luar Negeri AS memeriksa laporan-laporan berita soal unjuk rasa menentang kebijakan Israel dan gugatan hukum mahasiswa Yahudi yang menyoroti warga negara asing di AS yang diduga terlibat dalam antisemitisme.
Beberapa kelompok pro-Palestina sendiri beranggotakan orang-orang Yahudi dan banyak demonstran di AS mengecam antisemitisme, juga mengecam Hamas. Namun, terdapat sejumlah insiden antisemitisme dan Islamofobia dalam aksi pro-Palestina dan aksi balasan pro-Israel di wilayah AS.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.