Pasukan pemerintah Suriah dan para militan loyalis mantan Presiden Bashar al-Assad terlibat bentrokan berdarah. Lebih dari 70 orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka dalam bentrokan tersebut.
Bentrokan berdarah itu, seperti dilansir AFP, Jumat (7/2/2025), melibatkan pasukan pemerintah dari Kementerian Pertahanan dan Kementerian Dalam Negeri Suriah dengan para militan loyalis Assad, yang pemerintahannya digulingkan pada Desember lalu.
"Lebih dari 70 orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka, dan ditangkap, dalam bentrokan berdarah dan penyergapan di pantai Suriah antara para anggota Kementerian Pertahanan dan Kementerian Dalam Negeri, dan para militan dari tentara rezim yang sudah tidak ada lagi," sebut Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilaporkan sebelumnya bahwa bentrokan yang terjadi pada Kamis (6/3) waktu setempat itu menewaskan sedikitnya 48 orang di kota pesisir Jableh dan desa-desa di sekitarnya. Syrian Observatory menyebut bentrokan itu sebagai "serangan paling brutal terhadap otoritas baru sejak al-Assad digulingkan".
Jumlah korban tewas secara keseluruhan selama bentrokan pecah pekan ini belum diketahui secara jelas.
Laporan Syrian Observatory menyebut para petempur pro-Assad menewaskan 16 personel keamanan Suriah, sedangkan 28 petempur loyalis Assad dan empat warga sipil juga tewas dalam bentrokan itu.
Pertempuran sebelumnya terjadi di Provinsi Latakia, yang terletak di pesisir Laut Mediterania, yang merupakan jantung minoritas Alawite -- etnis asal Assad. Latakia sebelumnya dianggap sebagai benteng dukungan bagi Assad selama pemerintahannya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.