Kelompok Hamas menolak untuk melucuti senjata para petempurnya dalam negosiasi untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza yang rapuh. Hamas menegaskan perlucutan senjata merupakan garis merah (red line) bagi kelompoknya dan militan Palestina lainnya.
"Setiap pembicaraan mengenai senjata (kelompok) perlawanan adalah omong kosong," kata pemimpin Hamas, Sami Abu Zuhri, dalam pernyataannya seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (5/3/2025).
"Senjata perlawanan adalah garis merah bagi Hamas dan semua faksi perlawanan," tegasnya.
Zuhri menyampaikan penegasan itu setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Gideon Saar menuntut "demiliterisasi penuh" di Jalur Gaza untuk melanjutkan ke tahap kedua gencatan senjata, setelah tahap pertama berakhir pada akhir pekan.
Saar, dalam pernyataan yang disampaikan pada konferensi pers di Yerusalem pada Selasa (4/3) waktu setempat, juga menuntut Hamas disingkirkan dari Jalur Gaza demi melanjutkan gencatan senjata ke tahap kedua sesuai kesepakatan yang dicapai Januari lalu.
"Kita tidak memiliki kesepakatan mengenai tahap kedua. Kami menuntut demiliterisasi total Gaza, Hamas dan Jihad Islam keluar, dan pulangkan sandera-sandera kami. Jika mereka menyetujuinya, kita dapat menerapkannya besok," cetusnya.
Perundingan mengenai perpanjangan gencatan senjata Gaza tampaknya menemui jalan buntu, setelah tahap pertama berakhir pada akhir pekan lalu.
Simak Video 'Israel Tunda Pembebasan Ratusan Tahanan Palestina':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/ita)