Kepala badan pengawas senjata kimia PBB akan bertemu pemimpin baru Suriah pada hari Sabtu (8/2) waktu setempat. Ini menjadi kunjungan pertamanya sejak penggulingan presiden Suriah Bashar al-Assad, yang berulang kali dituduh menggunakan senjata kimia selama perang saudara Suriah selama 13 tahun.
"Kami akan menyiarkan Presiden Republik Arab Suriah Ahmad al-Sharaa dan Menteri Luar Negeri Asaad Al-Shaibani menerima delegasi dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW)", kata saluran Telegram resmi Suriah dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (8/2/2025).
Pernyataan tersebut mengatakan delegasi tersebut dipimpin oleh kepala OPCW Fernanado Arias.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya pada tahun 2013, Suriah setuju untuk bergabung dengan OPCW, tak lama setelah dugaan serangan gas kimia menewaskan lebih dari 1.000 orang di dekat Damaskus, ibu kota Suriah.
Suriah menyerahkan persediaan senjata kimianya untuk dimusnahkan, tetapi OPCW selalu khawatir bahwa jumlah persediaan yang disampaikan oleh Damaskus tersebut tidak lengkap dan masih ada lebih banyak senjata yang tersisa.
Pemerintah Assad membantah menggunakan senjata kimia.
Namun pada tahun 2014, OPCW membentuk apa yang disebutnya "misi pencari fakta" untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah, kemudian menerbitkan 21 laporan yang mencakup 74 kasus dugaan penggunaan senjata kimia.
Para penyelidik menyimpulkan bahwa senjata kimia digunakan atau kemungkinan digunakan dalam 20 kasus.
(ita/ita)