Hasil jajak pendapat menjelang Hari Pemilu menunjukkan persaingan antara kedua capres semakin ketat, yang meningkatkan ketegangan ketika para pemilih bergerak menuju tempat pemungutan suara setelah kampanye sengit.
Menyoroti taktik disinformasi yang digunakan, badan-badan intelijen AS menyebut para aktor Rusia baru-baru ini memposting dan menyebarluaskan artikel yang secara keliru mengklaim para pejabat AS di seluruh negara bagian berencana mengatur kecurangan pemilu dengan berbagai taktik, termasuk ballot stuffing dan serangan siber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para aktor berpengaruh Rusia juga memproduksi dan menyebarluaskan video baru-baru ini yang secara keliru menggambarkan wawancara dengan seseorang yang mengklaim adanya kecurangan pemilu di Arizona, yang melibatkan pembuatan surat suara palsu di luar negeri dan mengubah daftar pemilih untuk menguntungkan Wakil Presiden Kamala Harris," sebut pernyataan gabungan FBI-ODNI-CISA tersebut.
Sekretaris negara bagian Arizona telah membantah klaim dalam video yang beredar, yang disebutnya sebagai klaim palsu.
Selain menyebut Rusia sebagai ancaman, pernyataan gabungan itu juga menyebut Iran tetap menjadi "ancaman pengaruh asing yang signifikan" terhadap pemilu.
"Kami menilai Iran telah melakukan aktivitas siber jahat untuk membahayakan kampanye mantan Presiden Trump. Aktor-aktor berpengaruh di Iran mungkin juga berusaha membuat konten media palsu yang bertujuan untuk menekan pemungutan suara atau memicu kekerasan, seperti yang telah mereka lakukan pada pemilu sebelumnya," sebut pernyataan gabungan tersebut.
Lebih lanjut, ketiga badan intelijen dan keamanan AS itu mendorong para pemilih untuk "mencari informasi dari sumber resmi dan terpercaya, khususnya pejabat pemilu negara bagian dan lokal" mengingat "upaya pengaruh yang terus-menerus oleh musuh-musuh asing dan meningkatnya volume konten online yang tidak autentik".
(nvc/ita)