Di Arizona, pagar keamanan serupa juga dipasang di sekitar pusat tabulasi suara di Maricopa County yang ada di pusat kota Phoenix, yang pada tahun 2020 lalu menjadi titik awal berkobarnya teori konspirasi pemilu dicurangi dan ancaman terhadap para pejabat pemilu.
Sheriff setempat, Russ Skinner, mengatakan departemennya akan berada dalam kondisi "siaga tinggi" terhadap ancaman dan kekerasan. Dia juga menyatakan telah menginstruksikan para deputinya untuk siap bertugas. "Kami akan memiliki banyak sumber daya di luar sana, banyak staf, banyak peralatan," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga mengatakan bahwa para deputi sheriff akan menggunakan drone untuk memantau aktivitas di sekitar tempat pemungutan suara dan para penembak jitu serta pasukan tambahan bersiaga jika kekerasan terjadi.
Ditambahkan Skinner bahwa "polarisasi" menjadi lebih intens pada hari-hari setelah pemilu sehingga aparat penegak hukum akan tetap waspada.
Peningkatan keamanan juga dilakukan di negara bagian Michigan, yang juga negara bagian yang menjadi medan pertempuran para capres AS. Empat tahun lalu, para pendukung Trump menyerbu gedung konvensi di pusat kota Detroit dan menggedor-gedor jendela gedung saat penghitungan suara memasuki hari kedua.
Tahun ini, rak sepeda berwarna kuning telah dipasang di kedua sisi jalan raya agar orang-orang tidak bisa mendekati gedung. Kemudian para pengunjung gedung juga harus melewati detektor logam, dengan sekitar 15 polisi terus berpatroli di aula besar tersebut.
Daniel Baxter selaku chief operating officer untuk pemungutan suara absentee dan proyek khusus di Detroit, mengatakan personel kepolisian juga disiagakan di atap gedung dan mengelilingi gedung.
Langkah-langkah serupa juga terlihat di negara bagian Oregon dan Washington yang mengumumkan telah mengaktifkan Garda Nasional mereka. Sementara itu, di ibu kota Washington DC, beberapa jendela etalase pertokoan dan bangunan lainnya telah dilapisi kayu sebagai antisipasi.
Profesor sosiologi di Universitas Chapman di California, Peter Simi, yang meneliti ancaman terhadap pejabat publik, menyebut skenario terburuknya adalah Trump kalah dari Harris dan tidak mau mengakui kekalahannya.
Menurut Simi, bukannya mengulangi insiden penyerbuan Gedung Capitol tahun 2021 oleh para pendukung Trump, konflik yang mungkin terjadi saat ini bisa berupa "peristiwa yang terbesar di berbagai lokasi", yang akan lebih sulit ditangani para penegak hukum AS.
Lihat Video: Momen Kamala Harris Door to Door Sehari Jelang Pilpres AS
(nvc/ita)