WHO Segera Evakuasi 1.000 Perempuan-Anak dari Gaza ke Eropa

WHO Segera Evakuasi 1.000 Perempuan-Anak dari Gaza ke Eropa

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 21 Okt 2024 17:13 WIB
Geneva, Switzerland - December 03, 2019: World Health Organization (WHO / OMS) Logo at WHO Headquarters
Ilustrasi (dok. Getty Images/diegograndi)
Gaza City -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan segera mengevakuasi sebanyak 1.000 perempuan dan anak-anak dari Jalur Gaza, yang sedang dilanda perang, ke negara-negara Eropa. Mereka yang dievakuasi merupakan orang-orang yang membutuhkan perawatan medis yang mendesak.

Kepala WHO cabang Eropa, Hans Kluge, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Senin (21/10/2024), menyebut rencana evakuasi itu mendapatkan persetujuan dari Israel, yang kini mengepung wilayah Palestina yang hancur akibat perang selama setahun terakhir.

"(Israel) Berkomitmen untuk melakukan 1.000 evakuasi medis lagi dalam beberapa bulan ke depan ke Uni Eropa," ucap Kluge dalam wawancara dengan AFP.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut evakuasi medis itu akan difasilitasi oleh WHO, yang merupakan badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan negara-negara Eropa yang terlibat. Dia tidak menyebut lebih lanjut negara mana saja yang terlibat.

Para penyelidik PBB mengatakan bahwa Israel secara sengaja menargetkan fasilitas-fasilitas kesehatan di Jalur Gaza, dan membunuh serta menyiksa para personel medis di daerah kantong Palestina itu selama perang melawan Hamas berkecamuk sejak Oktober tahun lalu.

ADVERTISEMENT

PBB juga menuduh Tel Aviv telah melakukan "kejahatan terhadap kemanusiaan" dalam perangnya di Jalur Gaza.

Perwakilan WHO di wilayah pendudukan Palestina, Rik Peeperkorn, mengatakan pada Mei lalu bahwa sekitar 10.000 orang perlu dievakuasi dari Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan medis yang mendesak.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

WHO Eropa telah memfasilitasi sekitar 600 evakuasi medis dari Jalur Gaza ke sebanyak tujuh negara Eropa selama perang berkecamuk setahun terakhir.

"Hal ini tidak akan pernah terjadi jika kita tidak menjaga dialog (terbuka," sebut Kluge dalam pernyataannya.

Dia menambahkan bahwa hal yang sama berlaku untuk Ukraina yang dilanda perang sejak Rusia melancarkan invasi militer tahun 2022 lalu. Menurut WHO, sekitar 2.000 serangan tercatat menghantam pusat-pusat kesehatan di Ukraina selama invasi Moskow berlangsung.

Kluge, dalam pernyataannya, juga menekankan pentingnya untuk "tidak mempolitisasi kesehatan".

"Obat yang paling penting adalah perdamaian," cetusnya, sembari menekankan bahwa para petugas medis harus diizinkan melakukan pekerjaan mereka di zona-zona konflik.

Simak: Video Ribuan Warga Gaza Utara Kembali Dipaksa Israel untuk Mengungsi

[Gambas:Video 20detik]




Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads