Militer Korea Selatan (Korsel) melepaskan "tembakan balasan" pada Selasa (14/10) di dekat perbatasan dengan Korea Utara (Korut) yang dijaga ketat. Tembakan balasan itu dilancarkan setelah militer Pyongyang meledakkan bagian ruas jalanan yang menghubungkan kedua negara di perbatasan.
Kepala Staf Gabungan Militer Korsel dalam pernyataannya, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (15/10/2024), mengatakan bahwa setelah Korut "melakukan operasi peledakan yang bertujuan memblokir jalan penghubung", militer Seoul "melancarkan tembakan balasan di wilayah selatan Garis Demarkasi Militer (MDL)".
MDL merujuk pada perbatasan yang membagi dua wilayah Semenanjung Korea.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Korea Utara telah meledakkan sebagian jalan Gyeongui dan Donghae di sebelah utara Garis Demarkasi Militer," sebut Kepala Staf Gabungan Militer Korsel dalam pernyataannya. Kedua ruas jalanan itu merupakan bagian dari infrastruktur antar-Korea yang menghubungkan Korsel dan Korut.
"Tidak ada kerusakan pada militer kita, dan pasukan kita telah melancarkan tembakan balasan di area-area selatan MDL," tegas pernyataan tersebut.
Insiden itu terjadi setelah militer Korut, pekan lalu, bersumpah untuk menutup secara permanen perbatasan selatannya setelah berbulan-bulan menanam ranjau dan membangun pembatas antitank di area tersebut, usai pemimpin mereka Kim Jong Un menetapkan Korsel sebagai "musuh utama" negaranya.
Pyongyang juga menuduh Seoul mengerahkan sejumlah drone untuk menyebarkan selebaran propaganda antirezim di ibu kota Pyongyang. Kim Jong Un bahkan sampai menggelar rapat keamanan untuk mengarahkan rencana "aksi militer segera" sebagai tanggapan.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Para pakar mengatakan bahwa ruas jalanan di perbatasan itu sebenarnya sudah ditutup sejak lama, namun penghancurannya memberikan pesan yang jelas bahwa Kim Jong Un tidak siap untuk melakukan negosiasi dengan Korsel.
"Ini merupakan tindakan militer praktis terkait sistem dua negara yang bermusuhan yang sering disebutkan oleh Korea Utara," ucap Presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul, Yang Moo Jin, saat berbicara kepada AFP.
Yang menilai Pyongyang mungkin akan memasang lebih banyak penghalang fisik di sepanjang perbatasan, dan diledakkannya ruas jalanan di perbatasan ini menjadi "pekerjaan persiapan untuk pembangunan tembok-tembok tersebut".