Salah satu ketua kelompok Nihon Hidankyo yang meraih Nobel Perdamaian menyamakan penderitaan yang dirasakan korban bom atom di Jepang dengan apa yang sekarang dialami oleh anak-anak korban perang di Jalur Gaza. Israel tidak terima dengan perbandingan itu dan melontarkan kritikan keras.
Duta Besar Israel untuk Jepang, Gilad Cohen, seperti dilansir AFP, Minggu (13/10/2024), mengucapkan selamat kepada Nihon Hidankyo karena memenangkan penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini.
Namun Cohen, dalam postingan media sosial X, juga mengkritik perbandingan yang disampaikan salah satu ketua kelompok tersebut, Toshiyuki Mimaki, sebagai hal yang "sangat keterlaluan dan tidak berdasar".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gaza dikuasai oleh Hamas, organisasi teroris pembunuh yang melakukan kejahatan perang ganda: menargetkan warga sipil Israel, termasuk perempuan dan anak-anak, sambil menggunakan rakyatnya sendiri sebagai tameng manusia," sebut Cohen dalam pernyataannya.
"Perbandingan seperti itu sama saja memutarbalikkan sejarah dan tidak menghormati para korban," imbuhnya, merujuk pada serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza.
Mimaki, dalam pernyataan pada Jumat (11/10) setelah meraih Nobel Perdamaian, menyebut penderitaan anak-anak di Jalur Gaza, yang kini dilanda perang antara Israel dan Hamas, mirip dengan apa yang dihadapi Jepang pada akhir Perang Dunia II.
"Di Gaza, anak-anak yang berdarah digendong (oleh orang tuanya). Seperti di Jepang 80 tahun lalu," sebut Mimaki.
Belum ada tanggapan dari perwakilan Nihon Hidankyo atas komentar terbaru Cohen tersebut.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Sekitar 140.000 orang tewas ketika Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan sekitar 74.000 orang lainnya terbunuh akibat bom atom di Nagasaki tiga hari kemudian, atau pada 9 Agustus 1945,
Korban selamat dari tragedi tersebut kemudian membentuk kelompok Nihon Hidankyo untuk menceritakan kisah-kisah korban bom atom dan untuk mendesak adanya dunia tanpa senjata nuklir.
Sementara itu, rentetan serangan militer Israel terhadap Jalur Gaza sejak Oktober tahun lalu, menurut otoritas kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, telah menewaskan sedikitnya 42.175 orang, yang sebagian besar warga sipil. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengakui angka tersebut kredibel.
Perang di Jalur Gaza itu dipicu oleh serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang di wilayah Israel bagian selatan.