Kelompok Hizbullah baru saja menyatakan mendukung gencatan senjata di Lebanon setelah Israel menggempur tanpa henti beberapa pekan terakhir. Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Tel Aviv, menilai hal itu menunjukkan Hizbullah kini dalam posisi tidak menguntungkan dan "semakin babak belur".
Wakil pemimpin Hizbullah Naim Qassem, pada Selasa (8/10), menegaskan kemampuan kelompoknya masih utuh meski terus digempur Israel. Namun Qassem juga mengatakan Hizbullah mendukung upaya gencatan senjata yang diupayakan ketua parlemen Hizbullah Nabih Berri, sekutu dekat Hizbullah.
Qassem tidak menjelaskan lebih lanjut soal persyaratan yang mungkin diajukan Hizbullah untuk mewujudkan gencatan senjata dengan Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pernyataan itu dipandang sebagai pergeseran sikap Hizbullah yang selama ini menegaskan akan terus berperang hingga Israel menghentikan serangan di Jalur Gaza. Qassem dalam pernyataannya bahkan tidak menyebut Jalur Gaza saat membahas dukungan untuk gencatan senjata di Lebanon.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, seperti dilansir Reuters, Rabu (9/10/2024), memberikan komentarnya atas sikap terbaru Hizbullah tersebut.
"Selama setahun, dunia menyerukan gencatan senjata, Hizbullah menolak untuk menyetujuinya, dan sekarang Hizbullah berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan semakin babak belur, tiba-tiba mereka mengubah sikap dan menginginkan gencatan senjata," ucap Miller.
"Kami pada akhirnya menginginkan solusi diplomatik terhadap konflik ini," tegasnya soal posisi AS.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Hizbullah Dukung Gencatan Senjata di Lebanon Tanpa Menyebut Gaza
Sejak Hizbullah mulai meluncurkan rudal melintasi perbatasan Lebanon sehari setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, para pejabat kelompok yang didukung Iran itu secara konsisten mengatakan mereka tidak akan berhenti sampai Tel Aviv mengakhiri perang di Jalur Gaza.
Qassem dalam pidatonya pada Selasa (8/10) kemarin mematahkan sikap tegas itu ketika dia mengatakan Hizbullah mendukung upaya gencatan senjata di Lebanon yang diupayakan Berri, meskipun dia juga berjanji akan terus mendukung Hamas dan Palestina dalam perang melawan Israel.
"Kami mendukung aktivitas politik yang dipimpin oleh Berri dengan judul gencatan senjata," ucap Qassem dalam pidatonya yang disiarkan televisi setempat.
"Bagaimana pun, setelah isu gencatan senjata terbentuk, dan setelah diplomasi dapat mewujudkannya, semua rinciannya bisa didiskusikan dan keputusan dapat diambil. Jika musuh (Israel-red) melanjutkan perangnya, maka medan perang yang akan menentukan," cetusnya.
Dua hari sebelum pernyataan Qassem itu, dua pejabat level rendah dari Hizbullah membahas soal gencatan senjata di Lebanon tanpa mengaitkannya dengan gencatan senjata di Jalur Gaza. Salah satunya Mahmoud Qmati yang mengatakan bahwa Hizbullah "siap mulai mengkaji solusi politik setelah dihentikannya agresi terhadap Lebanon" tanpa menyinggung soal Jalur Gaza.
Hizbullah sejauh ini belum secara eksplisit mengatakan mereka mengubah posisi. Kelompok itu belum memberikan komentar resmi apa pun terkait isu ini.
Seorang pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, saat berbicara kepada Reuters mengatakan kelompoknya masih "meyakini sikap Hizbullah yang mengaitkan perjanjian apa pun dengan penghentian perang di Gaza".