Israel melancarkan serangan udara hingga menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu buka suara.
"Kami menyelesaikan masalah ini dengan orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan yang tak terhitung jumlahnya terhadap warga Israel dan banyak warga negara lain, termasuk ratusan warga Amerika dan puluhan warga Prancis," kata Netanyahu dalam pernyataan dilansir AFP, Minggu (29/9/2024).
Netanyahu lalu menyinggung momen pemboman tahun 1983 di Beirut yang menewaskan 63 orang di kedutaan AS dan 241 marinir AS serta 58 pasukan terjun payung Prancis di barak. Netanyahu mengatakan selama Nasrallah masih hidup, dia "akan segera memulihkan kemampuan yang telah terkikis dari Hizbullah".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, saya memberi perintah -- dan Nasrallah (sudah) tidak lagi bersama kita," sambungnya.
Netanyahu mengklaim Israel berada di "titik balik bersejarah" dalam perang melawan "musuh". Menurut Netanyahu, pembunuhan Nasrallah penting untuk mencapai tujuan Israel.
"Penghapusan Nasrallah adalah kondisi yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang kami tetapkan: kembalinya penduduk wilayah utara dengan aman ke rumah mereka dan perubahan jangka panjang dalam keseimbangan kekuatan di wilayah tersebut," katanya.
"Semakin (pemimpin Hamas Yahya) Sinwar melihat bahwa Hizbullah tidak lagi memberikan bantuan, semakin besar peluang untuk mengembalikan tawanan kami," lanjutnya.
Sebelumnya, Hizbullah mengonfirmasi pada Sabtu (28/9) bahwa pemimpin mereka, Hassan Nasrallah telah meninggal. Hal ini disampaikan setelah militer Israel mengatakan telah "melenyapkannya" dalam serangan di Beirut, ibu kota Lebanon sehari sebelumnya.
"Sayyed Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, telah bergabung dengan rekan-rekannya yang hebat dan syahid, yang telah dipimpinnya selama sekitar 30 tahun," kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (28/9/2024).
Simak Video: Pemimpin Hizbullah Tewas Akibat Serangan Israel di Beirut