Pada Senin (23/9) waktu setempat, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap wilayah selatan dan timur Lebanon.
Sehari setelahnya, atau pada Selasa (24/9), Tel Aviv mengatakan pasukan militernya melancarkan serangan baru secara "ekstensif", termasuk serangan di pinggiran selatan Beirut yang dilaporkan berhasil menewaskan komandan pasukan roket Hizbullah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad melaporkan sedikitnya 558 orang tewas, termasuk 50 anak-anak dan 94 perempuan, akibat rentetan serangan di negara tersebut sejak awal pekan ini.
Prancis, salah satu negara anggota Dewan Keamanan PBB, menyerukan digelarnya pertemuan darurat membahas krisis di Lebanon. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, secara terpisah, memperingatkan bahwa situasi di Lebanon berada di ambang kehancuran.
"Kita semua harus waspada dengan eskalasi ini. Lebanon berada di tepi jurang," sebutnya.
Dia juga memperingatkan "kemungkinan Lebanon berubah menjadi Gaza lainnya", yang saat ini situasinya, menurut Guterres, bagaikan "mimpi buruk yang tiada henti".
Simak Video 'Dampak Serangan Israel yang Diklaim Sasar Komandan Hizbullah':
(nvc/ita)