Setidaknya dua tentara tewas dan 26 lainnya luka-luka dalam serangan bom di sebuah pangkalan militer di Kolombia. Militer Kolombia menyalahkan gerilyawan sayap kiri Tentara Pembebasan Nasional (ELN) atas serangan bom itu.
ELN telah mengintensifkan serangan terhadap target militer sejak Agustus, ketika mereka memutuskan untuk tidak memperbarui gencatan senjata yang telah berlaku dengan pasukan militer sejak 2023, sebagai bagian dari negosiasi yang diadakan secara tidak menentu sejak tahun sebelumnya.
"Dalam praktiknya, ini adalah tindakan yang menutup proses perdamaian dengan darah," kata Presiden Gustavo Petro tentang serangan itu, tanpa memberikan rincian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan bom itu terjadi di kota Puerto Jordan di wilayah Arauca timur, di perbatasan dengan Venezuela, tulis militer Kolombia di media sosial X, dilansir kantor berita AFP, Rabu (18/9/2024).
Kementerian Pertahanan Kolombia mengatakan bahwa dua tentara berpangkat rendah tewas, dan 26 lainnya luka-luka termasuk lima tentara yang luka parah.
Kepala angkatan bersenjata, Jenderal Luis Emilio Cardozo, mengatakan bahwa bahan peledak itu diledakkan di sebuah truk sampah.
ELN adalah kelompok bersenjata terbesar yang masih aktif di Kolombia sejak pemerintah berdamai dengan kelompok pemberontak Marxis yang jauh lebih besar, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), pada tahun 2016.
Kesepakatan dengan FARC bertujuan untuk mengakhiri perang yang telah merenggut lebih dari 200.000 nyawa sejak tahun 1960-an.
Namun, kelompok-kelompok pecahan FARC dan ELN menolak untuk berdamai.
Petro, presiden sayap kiri pertama Kolombia, berjanji saat terpilih pada tahun 2022 lalu, untuk membawa perdamaian total ke negara itu dengan melibatkan berbagai kelompok dalam dialog, termasuk ELN.
Namun pada bulan Agustus, Menteri Pertahanan Ivan Velasquez mengatakan militer akan melanjutkan operasi terhadap ELN setelah gencatan senjata berakhir, karena para pemberontak memilih untuk tidak memperbarui gencatan senjata tersebut.
ELN menuduh pemerintah gagal memenuhi persyaratan perjanjian yang ditandatangani selama putaran perundingan perdamaian sebelumnya.
Kelompok tersebut juga menuntut agar pemerintah menghapusnya dari daftar kelompok bersenjata terorganisir.
Badan intelijen militer Kolombia memperkirakan ELN memiliki sekitar 5.800 anggota.