Rusia Mulai Produksi Drone Kamikaze Pakai Mesin Buatan China

Rusia Mulai Produksi Drone Kamikaze Pakai Mesin Buatan China

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 14 Sep 2024 12:39 WIB
Members of police demining unit remove a warhead from a Russian kamikaze unmanned aerial vehicle landed by a radio electronic warfare during one of latest drone strikes, amid Russias attack on Ukraine, in an unknown location in Ukraine, in this handout picture released January 26, 2024. Press service of the National Police of Ukraine/Handout via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights
Puing drone Rusia yang jatuh di wilayah Ukraina diperiksa oleh polisi setempat (Press service of the National Police of Ukraine/Handout via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights)
Moskow -

Rusia dilaporkan mulai memproduksi drone tempur jarak jauh terbaru, yang bernama Garpiya-A1, sejak tahun lalu dengan menggunakan mesin dan suku cadang buatan China. Drone buatan Moskow dengan mesin dan suku cadang asal Beijing itu telah digunakan dalam perang di wilayah Ukraina.

Seperti dilansir Reuters, Sabtu (14/9/2024), informasi tersebut diungkapkan oleh dua sumber dari salah satu badan intelijen Eropa dan didasarkan pada dokumen-dokumen yang dilihat oleh Reuters.

Informasi intelijen -- yang mencakup kontrak produksi untuk drone baru, korespondensi perusahaan mengenai proses manufaktur, dan dokumen keuangan -- mengindikasikan bahwa IEMZ Kupol, anak perusahaan pabrik senjata milik negara Almaz-Antey, telah memproduksi lebih dari 2.500 unit drone Garpiya sejak Juli 2023 hingga Juli 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keberadaan drone baru Rusia yang menggabungkan teknologi China belum pernah dilaporkan sebelumnya. Pihak IEMZ Kupol dan Almaz-Antey belum memberikan tanggapan atas laporan tersebut.

Dua sumber intelijen yang dikutip Reuters juga mengatakan bahwa drone Garpiya telah dikerahkan untuk menyerang target-target militer dan sipil di wilayah Ukraina, hingga menyebabkan kerusakan pada infrastruktur penting serta memicu korban sipil dan militer.

ADVERTISEMENT

Kedua sumber intelijen itu membagikan kepada Reuters, apa yang mereka sebut sebagai foto-foto puing drone Garpiya yang jatuh di Ukraina, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Reuters menemukan informasi yang memperkuat kesimpulan ini, namun tidak bisa mengonfirmasi foto-foto itu secara independen.

Dalam pernyataan kepada Reuters, salah satu badan intelijen Eropa menyebut drone Garpiya "sangat mirip dengan Shahed" -- merujuk pada drone buatan Iran yang digunakan Rusia dalam perang di Ukraina -- namun memiliki beberapa fitur yang membedakan, termasuk sirip yang unit dan mesin Limbach L-550 E.

Lihat juga Video: AS Tuding Iran Kirim Pasokan Rudal Balistik ke Rusia

[Gambas:Video 20detik]



Mesin jenis tersebut awalnya dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Jerman, namun kini diproduksi di China oleh sebuah perusahaan lokal bernama Xiamen Limbach. Pihak perusahaan itu belum memberikan komentarnya atas laporan ini.

Menurut kontrak produksi antara IEMZ Kupol dan Kementerian Pertahanan Rusia yang didapatkan Reuters, drone Garpiya memiliki berat lepas landas kurang dari 300 kilogram dan jangkauan maksimum hingga 1.500 kilometer -- mirip dengan drone Shahed-136 buatan Iran yang banyak dipakai Rusia di Ukraina.

Samuel Bendett, selaku asisten peneliti senior pada Pusat Keamanan Amerika Baru, badan think-tank berbasis di Washington DC, mengatakan kepada Reuters bahwa drone Garpiya, jika dikonfirmasi, akan menandai peralihan dari ketergantungan Rusia pada rancangan Iran untuk drone jarak jauh.

"Jika ini terjadi, maka bisa menunjukkan bahwa Rusia sekarang bisa lebih mengandalkan pengembangan dalam negeri, juga tentu saja China, karena kedua belah pihak dalam perang ini bergantung pada banyak komponen China untuk produksi drone," sebutnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, pada Mei tahun lalu, menuding Iran telah memasok lebih dari 1.000 drone "kamikaze" jenis Shahed kepada Rusia sejak dimulainya invasi pada Februari 2022. Drone buatan Teheran itu dikerahkan untuk melemahkan pertahanan udara Ukraina dan menyerang infrastruktur jauh dari garis depan pertempuran.

Iran telah berulang kali membantah memasok drone ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.

Kementerian Pertahanan Rusia tidak memberikan respons atas permintaan komentar mengenai laporan Reuters ini. Sementara Kementerian Luar Negeri China menegaskan kepada Reuters bahwa pihaknya mengontrol secara ketat ekspor barang-barang yang berpotensi digunakan untuk keperluan militer, termasuk drone.

"Sehubungan dengan krisis Ukraina, China selalu berkomitmen untuk mendorong perundingan perdamaian dan penyelesaian politik," tegas Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya.

Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads