7 Fakta Jepang Cabut Peringatan Gempa Besar Usai Sepekan

7 Fakta Jepang Cabut Peringatan Gempa Besar Usai Sepekan

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 15 Agu 2024 21:55 WIB
Orang-orang bergegas keluar gedung saat gempa berkekuatan Magnitudo 7,1 mengguncang area Miyazaki, Jepang (Kyodo News via AP)
Warga Jepang sesaat setelah diguncang gempa M 7,1 pekan lalu. (Kyodo News via AP)
Tokyo -

Gempa besar mengguncang negeri matahari terbit, Jepang. Sejurus kemudian, masyarakat di negara yang sudah akrab diguncang gempa itu diberi peringatan bahwa gempa yang dahsyat akan segera terjadi. Peringatan yang bikin ngeri itu baru dicabut sekarang. Berikut fakta-faktnya.

Fakta-fakta ini dihimpun detikcom dari pemberitaan internasional hingga Kamis (15/8/2024) petang.

1. Soal gempa itu sendiri

Gempa dengan magnitudo (M) 7,1 berguncang di Pulau Kyushu pada Kamis, 8 Agustus, sore hari, sepekan lalu. Pusat gempa ada pada kedalaman 25 km di bawah permukaan laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lampu lalu lintas dan mobil-mobil berguncang, piring-piring berjatuhan di Pulau Kyushu. Tidak ada kerusakan serius terhadap bangunan di negara maju tersebut, meski tercatat ada 14 orang terluka.

Peringatan tsunami diterbitkan oleh otoritas Jepang. Tsunami sempat diprediksi bakal terjadi sampai jarak 300 km dari pusat gempa di negara kepulauan Asia Timur itu. Ternyata, tsunami terjadi hanya kecil saja.

ADVERTISEMENT

2. Peringatan akan adanya gempa dahsyat

Setelah gempa M 7,1 berguncang, otoritas Jepang merilis peringatan bahwa gempa besar (megaquake) akan berguncang.

"Kemungkinan gempa besar terbaru lebih tinggi dari biasanya, tapi ini bukan indikasi bahwa gempa besar pasti akan terjadi," demikian peringatan terbaru yang dirilis Badan Meteorologi Jepang (JMA) seperti dilansir AFP, Jumat (9/8) pekan lalu.

Itu menjadi peringatan pertama yang dikeluarkan JMA berdasarkan sistem baru yang dibuat setelah gempa besar mengguncang negara tersebut tahun 2011 lalu.

3. Perdana Menteri sampai balik lagi dari kunker

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, sedang berada di luar negeri saat gempa terjadi di negaranya. Sedianya, Kishida akan melawat ke Asia Tenggara pada Jumat (9/8). Namun, Kishida memutuskan kembali ke Jepang karena negaranya sedang menghadapi masalah gempa.

"Sebagai perdana menteri dengan tanggung jawab tertinggi untuk manajemen krisis, saya memutuskan untuk tinggal di Jepang setidaknya selama seminggu," katanya kepada wartawan, dilansir kantor berita AFP, Jumat (9/8).

Kishida menambahkan bahwa masyarakat pasti merasa "sangat cemas" setelah JMA mengeluarkan peringatan pertamanya berdasarkan sistem baru yang disusun menyusul gempa bumi M 9,0 pada tahun 2011, yang memicu tsunami dan bencana nuklir yang mematikan.

4. Masyarakat panik

Menanggapi peringatan gempa dahsyat yang akan segera terjadi, masyarakat Jepang menjadi panik. Laporan AFP mengatakan di sebuah supermarket di Tokyo, ibu kota Jepang pada hari Sabtu, sebuah tulisan dipasang untuk meminta maaf kepada pelanggan atas kekurangan produk tertentu yang dikaitkan dengan "laporan media terkait gempa".

"Potensi pembatasan penjualan sedang diberlakukan", demikian bunyi tulisan tersebut, seraya menambahkan air minum kemasan sudah dijatah karena pengadaan yang "tidak stabil".

Pada Sabtu (10/8) pagi, situs web raksasa e-commerce Jepang, Rakuten menunjukkan toilet portabel, makanan kaleng, dan air minum dalam kemasan berada di puncak daftar barang yang paling dicari. Menurut laporan media lokal, beberapa pengecer di wilayah sepanjang garis pantai Pasifik juga melaporkan tingginya permintaan barang-barang terkait bencana.

Peringatan gempa besar yang dikeluarkan pekan lalu itu, telah mendorong ribuan orang Jepang untuk membatalkan liburan dan menimbun kebutuhan pokok, mengosongkan rak-rak di beberapa toko.

Halaman selanjutnya, peringatan gempa besar dicabut:

Simak Video: Poin-poin Klarifikasi BMKG Terkait Potensi Gempa Megathrust

[Gambas:Video 20detik]



5. Peringatan gempa besar dicabut

Sepekan setelah gempa M 7,1 dan enam hari setelah peringatan akan datangnya gempa besar, otoritas Jepang mencabut peringatan akan datangnya gempa besar itu. Pemerintah mengatakan bahwa kehidupan masyarakat sekarang dapat "kembali normal".

Dilansir AFP, pencabutan peringatan soal akan datangnya gempa besar itu disampaikan Menteri Penanggulangan Bencana Yoshifumi Matsumura pada Kamis (15/8/2024) sore.

6. Sebab peringatan dicabut

Peringatan itu dicabut sebab tidak ada kelainan di kerak bumi yang terdeteksi. Padahal, otoritas Jepang sudah menunggu sepekan setelah gempa M 7,1 terjadi di Kyushu.

"Karena tidak ada kelainan yang terdeteksi dalam aktivitas seismik dan deformasi kerak bumi, seruan khusus untuk perhatian berakhir pada pukul 17.00 (08.00 GMT)," kata Menteri Penanggulangan Bencana Yoshifumi Matsumura, dilansir AFP.

7. Potensi gempa besar masih ada

Meski peringatan akan datangnya gempa besar telah dicabut, namun bukan berarti Jepang akan aman dari gempa besar untuk seterusnya. Jepang tetap menjadi daerah rawan gempa bumi. Gempa besar sewaktu-waktu dapat berguncang.

"Itu tidak berarti risiko (gempa bumi besar) telah hilang," imbuh Matsumura

Bukan berarti pula, pemerintah Jepang ingin warganya tetap di pengungsian. Pemerintah mempersilakan warganya untuk kembali menjalani hari-hari normal seperti biasa.

"Kami tidak akan meminta langkah-langkah ini lagi, dan masyarakat Jepang kini bebas untuk kembali ke gaya hidup normal," kata Matsumara.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads