Perdana Menteri (PM) Bangladesh, Sheikh Hasina, dilaporkan telah meninggalkan istananya di Dhaka pada Senin (5/8) waktu setempat, saat para demonstran, yang menuntut dirinya mengundurkan diri, kini memenuhi jalanan ibu kota negara tersebut.
Seperti dilansir AFP, Senin (5/8/2024), para demonstran yang tampak gembira melambaikan bendera nasional Bangladesh dan melakukan perayaan damai, termasuk beberapa menari di atas tank, saat sumber yang dekat dengan Hasina mengungkapkan sang PM telah meninggalkan istananya di Dhaka menuju ke "tempat yang lebih aman".
"Dia ingin merekam pidatonya, tapi dia tidak mendapat kesempatan untuk melakukannya," tutur sumber yang dekat dengan Hasina saat berbicara kepada AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak laki-laki Hasina mendesak pasukan keamanan Bangladesh untuk menghalangi pengambilalihan kekuasaan. Sementara seorang penasihat senior mengatakan kepada AFP bahwa pengunduran diri Hasina adalah "sebuah kemungkinan" setelah ditanya apakah sang PM akan menuruti tuntutan rakyat.
"Tugas Anda adalah menjaga keselamatan rakyat dan negara kita serta menjunjung konstitusi," tegas putra Hasina, Sajeeb Wazed Joy, yang tinggal di Amerika Serikat (AS) dalam postingan Facebook-nya.
"Artinya, jangan biarkan pemerintah yang tidak melalui proses pemilihan berkuasa selama satu menit pun, itu adalah tugas Anda," cetusnya kepada militer Bangladesh.
Panglima militer Bangladesh, Waker-Uz-Zaman, dijadwalkan akan berpidato secara nasional pada Senin (5/8) sore waktu setempat. Waker mengatakan pada Sabtu (3/8) bahwa militer Bangladesh "selalu mendukung rakyat".
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak Video: Demo Tuntut PM Bangladesh Mundur Ricuh, 7 Tewas
Militer Bangladesh pernah mengumumkan keadaan darurat pada Januari 2007 lalu setelah kerusuhan politik meluas, dan membentuk pemerintahan sementara yang didukung militer selama dua tahun.
Unjuk rasa yang dimulai sejak bulan lalu untuk memprotes kuota pekerjaan pegawai negeri, telah meluas menjadi kerusuhan terburuk dalam 15 tahun pemerintahan Hasina dan berubah menjadi seruan yang lebih luas agar PM berusia 76 tahun itu mundur dari jabatannya.
Jam malam telah diberlakukan oleh pasukan keamanan Bangladesh, namun para demonstran mengabaikannya dengan turun dan berbaris di jalanan Dhaka pada Senin (5/8) waktu setempat.
Surat kabar Business Standard memperkirakan sebanyak 400.000 demonstran turun ke jalanan. Namun angka tersebut tidak mungkin untuk diverifikasi secara independen.
"Waktunya telah tiba untuk protes terakhir," ucap salah satu pemimpin penting dalam unjuk rasa itu, Asif Mahmud.
Akses internet dibatasi dengan ketat pada Senin (5/8), dengan perkantoran ditutup dan lebih dari 3.500 pabrik yang melayani industri garmen yang penting secara ekonomi di Bangladesh juga ditutup.
Tentara dan polisi dengan kendaraan lapis baja dikerahkan di berbagai area Dhaka, dengan barikade yang disertai kawat berduri dipasang pada ruas jalanan menuju ke kantor Hasina. Namun massa dalam jumlah besar membanjiri jalanan hingga merobohkan barikade yang dipasang.
Sedikitnya 94 orang tewas dalam kerusuhan sepanjang Minggu (4/8) waktu setempat, dengan 14 korban tewas di antaranya merupakan personel kepolisian.
Para demonstran dan para pendukung pemerintah dilaporkan saling berkelahi di berbagai wilayah, dengan melibatkan tongkat dan pisau. Situasi itu mendorong pasukan keamanan Bangladesh untuk melepaskan tembakan ke arah kerumunan massa.
Dengan tambahan kematian itu, maka menurut penghitungan AFP yang didasarkan data kepolisian, pejabat pemerintah dan dokter di rumah sakit setempat, sedikitnya 300 orang tewas dalam rentetan kekerasan yang terjadi di Bangladesh sejak unjuk rasa dimulai pada awal Juli lalu.