Penyebab Demonstrasi
Kerusuhan yang dilaporkan berlangsung secara nasional ini dikobarkan oleh tingginya angka pengangguran di kalangan kaum muda Bangladesh. Diketahui bahwa nyaris seperlima dari total 170 juta jiwa penduduk Bangladesh tidak memiliki pekerjaan atau tidak mengenyam pendidikan.
Kerusuhan yang mewarnai unjuk rasa mahasiswa pada Kamis (18/7) waktu setempat tercatat sebagai kerusuhan yang terbesar sejak Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina kembali terpilih memimpin Bangladesh pada awal tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam aksinya, para demonstran menuntut agar negara berhenti menyisihkan 30 persen pekerjaan pemerintah untuk keluarga dari orang-orang yang bertempur dalam perang kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan tahun 1971 silam.
Pemerintahan PM Hasina telah menghapus sistem kuota itu tahun 2018 lalu, namun pengadilan tinggi Bangladesh menerapkannya kembali bulan lalu.
Pemerintah Bangladesh telah mengajukan banding atas putusan pengadilan tinggi itu, dengan Mahkamah Agung telah menjatuhkan putusan untuk menangguhkan putusan pengadilan tinggi tersebut, sembari menunggu sidang banding yang diajukan pemerintah digelar pada 7 Agustus mendatang.
Sebagai upaya meredam kerusuhan, otoritas Bangladesh memberlakukan pembatasan telekomunikasi di wilayahnya. Panggilan telepon dari luar negeri sebagian besar tidak tersambung dan panggilan melalui internet tidak bisa dilakukan di wilayah Bangladesh.
Sejumlah situs berita lokal tidak diperbarui pada Jumat (19/7) pagi dan akun media sosial surat kabar lokal juga tidak aktif.