Ada banyak faksi politik di Palestina, namun dua kelompok ini yang paling terkemuka: Hamas dan Fatah. Kedua kelompok tersebut dikenal bersaing dan kurang akur. Kini, kedua kelompok itu menuju titik terang islah.
Sekilas soal faksi-faksi di Palestina, mereka terdiri dari beragam haluan. Ada kelompok yang berideologi Islamis, ada yang lebih sekuler, ada pula faksi berideologi komunis.
Baca juga: Siapa Hamas yang Menguasai Jalur Gaza? |
Dilansir BBC, Hamas adalah faksi besar di Palestina, khususnya Jalur Gaza, yang berhaluan Islamisme. Mereka punya sayap paramiliter. Hamas punya sayap paramiliter bernama Brigade Al Qassam, ada pula Jihad Islam Palestina yang punya milisi Brigade Al Quds, PFLP yang berhaluan komunis dengan sayap paramiliter Brigade Abu Ali Mustafa, dan Fatah yang lebih sekuler dari Hamas punya Brigade Syahid Al Aqsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya ada lebih banyak lagi kelompok selain itu. Semua kelompok itu sebenarnya punya kesamaan, yakni anti-Israel. Namun dua kelompok yang paling terkemuka, Hamas dan Fatah, masih belum akur.
Kedua kelompok ini telah menjadi rival sengit sejak para anggota Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza setelah bentrokan mematikan menyusul kemenangan gemilang Hamas dalam pemilu tahun 2006. Setelah menguasai Gaza pada tahun 2007, gerakan Hamas terus menguasai wilayah tersebut.
Bila Hamas berkuasa di Gaza, Fatah mengendalikan Otoritas Palestina yang memiliki sebagian kendali administratif di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Beberapa upaya rekonsiliasi telah gagal. Namun, seruan rekonsiliasi meningkat sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang memicu perang di Gaza, dengan kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, tempat Fatah bermarkas.
Simak juga Video 'Biden soal Gencatan Senjata di Gaza: Ada Kemajuan, Perang Harus Diakhiri':
Halaman selanjutnya, China jadi tempat islah:
China jadi tempat islah
Adalah China yang bakal menjadi tempat islah kedua faksi besar Palestina itu. Rekonsiliasi akan digelar bulan ini. Akankah Palestina jadi lebih baik?
Delegasi Hamas akan dipimpin oleh ketua politik Hamas yang berbasis di Qatar, Ismail Haniyeh. Sedangkan perwakilan Fatah akan dipimpin oleh wakil ketua Mahmoud Alul, kata sumber Fatah, dilansir Al Arabiya, Selasa (16/7/2024).
China telah menjadi tuan rumah bagi pertemuan Fatah dan Hamas pada bulan April lalu. Namun, pertemuan kedua pihak yang dijadwalkan pada bulan Juni telah ditunda.
Para perwakilan kelompok tersebut akan bertemu dengan para pejabat China di Beijing pada tanggal 20 dan 21 Juli mendatang, menurut wakil sekretaris jenderal komite pusat Fatah Sabri Saidam.
Sebelum itu, pertemuan kedua kelompok juga bisa dilakukan, tambahnya.
Tujuannya, kata Saidam, "adalah mengakhiri perpecahan dengan komitmen terhadap perjanjian masa lalu dan menyepakati hubungan antar kelompok-kelompok Palestina tersebut pada tahap berikutnya."
Anggota eksekutif Fatah lainnya juga mengatakan bahwa pertemuan gabungan Fatah-Hamas dapat diadakan di Beijing sebelum agenda resmi dimulai.
Pemerintah China telah memposisikan dirinya sebagai aktor yang lebih netral dalam konflik Israel-Palestina dibandingkan saingannya Amerika Serikat. China telah menganjurkan solusi dua negara sambil juga tetap menjaga hubungan baik dengan Israel.
Simak juga Video 'Biden soal Gencatan Senjata di Gaza: Ada Kemajuan, Perang Harus Diakhiri':