Kelompok Hamas mengkritik Israel yang terus meningkatkan pengeboman di Jalur Gaza selama perundingan untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera sedang berlangsung. Hamas menyebut "pembantaian" oleh Tel Aviv di Jalur Gaza semakin mempersulit terwujudnya gencatan senjata.
Seperti dilansir AFP, Kamis (11/7/2024), seorang pejabat tinggi Hamas, Hossam Badran, menyebut operasi militer Israel yang semakin "intensif" di Jalur Gaza akan mempersulit posisi negosiasi kelompok militan Palestina itu dalam upaya menuju gencatan senjata.
Dalam beberapa hari terakhir, pasukan Israel telah meningkatkan serangannya di Jalur Gaza saat pertempuran sengit kembali berkobar di Rafah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di seluruh wilayah Jalur Gaza yang terkepung, rentetan serangan mematikan telah menghantam sedikitnya empat sekolah yang kini digunakan sebagai tempat berlindung para pengungsi perang. Serangan itu memicu kecaman keras dari Prancis dan Jerman yang menyebutnya "tidak bisa diterima".
Saat ditanya soal operasi militer Israel yang meningkat, Badran mengatakan kepada AFP bahwa Tel Aviv "berusaha menekan negosiasi dengan mengintensifkan operasi pengeboman, pemindahan paksa, dan melakukan pembantaian".
Ketika upaya diplomatik yang telah lama terhenti mulai kembali mendapatkan momen, Badran menyebut Israel sedang berusaha keras untuk memaksa Hamas. Upaya diplomatik itu bertujuan mencapai kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata di Jalur Gaza antara Tel Aviv dan Hamas.
Menurut Badran, pemerintah Israel "berharap perlawanan akan melepaskan tuntutan sahnya", yang mencakup gencatan senjata total dan penarikan sepenuhnya pasukan Israel dari seluruh wilayah Jalur Gaza.
"Pembantaian yang terus berlanjut memaksa kami untuk memperteguh tuntutan-tuntutan kami," tegas Badran dalam pernyataannya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Namun sekarang, Badran yang mewakili Hamas memberikan penegasan bahwa: "Kami tidak bisa menentukan sejauh mana perundingan bisa dilanjutkan meskipun kami telah menunjukkan fleksibilitas".
Perundingan gencatan senjata, yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir dengan dukungan Amerika Serikat (AS), dijadwalkan berlanjut di Doha pada Rabu (10/7).
Awal pekan ini, pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh memperingatkan bahwa serangan terbaru Israel di Gaza City dan Rafah berisiko membuat "proses perundingan kembali ke titik awal".
Perang berkecamuk di Jalur Gaza setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap wilayah Israel bagian selatan pada 7 Oktober tahun lalu. Serangan Hamas itu dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang, yang sebagian besar merupakan warga sipil.
Lebih dari 250 orang, termasuk warga negara asing, juga disandera Hamas di Jalur Gaza. Dengan puluhan sandera dibebaskan selama kesepakatan gencatan senjata singkat pada November tahun lalu, saat ini diyakini masih ada sekitar 116 sandera yang ditahan di Jalur Gaza, termasuk 42 orang yang diduga sudah tewas.
Israel membalas serangan Hamas dengan gempuran tanpa henti terhadap Jalur Gaza, yang menurut laporan otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan sedikitnya 38.295 orang, kebanyakan warga sipil.