Sudah tiga kali dalam sebulan terakhir ini tentara Korea Utara menerobos tapal batas selatannya. Kejadian ini tentu direspons pihak Korea Selatan. Berikut rangkumannya.
Pertama, 9 Juni lalu, Korea Selatan melaporkan ada sejumlah tentara Korea Utara melampaui batas. Saat itu, kedua negara sedang bersitegang oleh balon-balon sampah dari Korut menyulut emosi politik bilateral, dibalas dengan propaganda Korsel lewat lagu-lagu K-Pop.
"Beberapa tentara Korea Utara yang bekerja di DMZ di front tengah sempat melintasi Garis Demarkasi Militer," kata militer Korsel, JCS dalam sebuah pernyataan, dikutip dari kantor berita AFP, mengacu pada garis kendali di perbatasan antara kedua Korea yang dijaga ketat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah militer kami mengeluarkan siaran peringatan dan tembakan peringatan, mereka mundur ke utara," katanya, seraya menambahkan bahwa insiden itu terjadi pada 9 Juni lalu.
Setelah itu, Korsel memantau tak ada lagi pergerakan tentara Korut yang perlu dikhawatirkannya. Korsel terus memantau ke arah utara.
Ternyata, tak selang berapa lama, terjadi lagi peristiwa tentara Korut melewati tapal batas ke selatan.
Simak soal peristiwa kedua saat tentara Korut melewati lagi perbatasan negara area Korsel, di halaman selanjutnya:
Peristiwa kedua, 18 Juni 2024, terjadi lagi hal serupa. Tentara Korut melintasi tapal batas ke wilayah Korsel.
Saat itu, militer Korsel juga bereaksi dengan melepaskan tembakan peringatan. Mereka tidak bisa tinggal diam melihat tentara Kim Jong-Un melintasi Garis Demarkasi Militer.
Sekitar 20 hingga 30 tentara melanggar garis sejauh 20 meter (65 kaki) di dalam zona demiliterisasi pada hari Selasa pagi waktu itu, demikian diberitakan Reuters.
![]() |
Direktur Bidang Umum Korsel, Kolonel Lee Sung-Jun, mengatakan pihak Korut berusaha melakukan kegiatan membuat tanah tandus, menanam ranjau, memperkuat jalan taktis, hingga memasang struktur tak dikenal yang tampaknya penghalang anti-tank.
"Kami bekerja sama erat dengan UNC (Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa) sambil mempertahankan kesiapan militer yang kuat," kata Kolonel Lee Sung-Jun.
Itu bukan peristiwa terakhir. Ada peristiwa ketiga alias hattrick. Simak di halaman selanjutnya:
20 Juli 2024, dilansir AFP dan Reuters, sejumlah tentara Korea Utara (Korut) terdeteksi melanggar perbatasan kedua negara yang dijaga ketat. Insiden semacam in merupakan yang ketiga kali terjadi dalam sebulan terakhir.
Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) dalam pernyataannya menyebut militer Korsel melepaskan beberapa tembak peringatan setelah mendeteksi sejumlah tentara Korut melintasi perbatasan kedua negara pada Kamis (20/6) pagi waktu setempat.
Menurut laporan JCS, para tentara Korut itu bergerak mundur setelah tembakan peringatan dilepaskan.
JCS menyebut para tentara Pyongyang itu telah melanggar Garis Demarkasi Militer yang membentang di tengah Zona Demiliterisasi (DMZ) dalam insiden yang terjadi pada Kamis (20/6) sekitar pukul 11.00 waktu setempat.
"Beberapa tentara Korea Utara yang bekerja di dalam DMZ pada garis depan bagian tengah telah melanggar Garis Demarkasi Militer. Setelah militer kami menyiarkan peringatan dan melepaskan sejumlah tembakan peringatan, tentara-tentara Korea Utara kembali mundur ke utara," sebut JCS dalam penjelasannya
Seorang pejabat JCS, yang enggan disebut namanya, seperti dikutip kantor berita Yonhap News Agency menyebut insiden tersebut tampaknya tidak disengaja. Dia menambahkan bahwa para tentara Korut itu segera melanjutkan tugas mereka dan terus bekerja hingga malam hari setelah kembali ke wilayah Korut.
Otoritas Seoul dalam pernyataan sebelumnya juga menyebut insiden itu tampaknya terjadi secara tidak disengaja.
Pelanggaran perbatasan ini terjadi saat Pyongyang mengerahkan sejumlah besar pasukan di area-area garis depan sejak April lalu untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti menanam ranjau, mendirikan tembak yang dianggap sebagai penghalang antitank, dan memperkuat ruas jalanan setempat.
Insiden ini juga terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Korut untuk pertama kalinya dalam 24 tahun terakhir.