Putin Beri 2 Syarat Jika Ukraina Ingin Gencatan Senjata dan Perundingan

Putin Beri 2 Syarat Jika Ukraina Ingin Gencatan Senjata dan Perundingan

Rolando Fransiscus Sihombing - detikNews
Sabtu, 15 Jun 2024 02:35 WIB
In this pool photograph distributed by the Russian state agency Sputnik, Russias President Vladimir Putin delivers a speech during the Victory Day military parade at Red Square in central Moscow on May 9, 2024. Russia celebrates the 79th anniversary of the victory over Nazi Germany in World War II. (Photo by Mikhail KLIMENTYEV / POOL / AFP)
Vladimir Putin. (Mikhail KLIMENTYEV/POOL/AFP)
Jakarta -

Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan bahwa Moskow hanya akan melakukan gencatan senjata dan memulai perundingan perdamaian jika Ukraina memenuhi dua hal. Pertama menyerahkan empat wilayahnya dan kedua membatalkan upaya untuk menjadi anggota NATO.

Dilansir AFP, Sabtu (15/6/2024), pemimpin Rusia itu menguraikan 'persyaratannya' untuk menghentikan serangan militer skala penuh yang ia lancarkan pada Februari 2022, saat berbicara pada malam pertemuan puncak perdamaian besar di Swiss, yang diatur oleh Ukraina dan sekutunya.

"Pasukan Ukraina harus ditarik sepenuhnya dari Republik Rakyat Donetsk, Republik Rakyat Lugansk, wilayah Kherson dan Zaporizhzhia," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi kepada diplomat Rusia di Moskow.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rusia mengaku telah mencaplok keempat wilayah tersebut pada tahun 2022, meski tidak memiliki kendali penuh atas salah satu wilayah tersebut.

"Segera setelah Kyiv menyatakan siap melakukan hal ini dan mulai menarik pasukannya serta secara resmi membatalkan rencana bergabung dengan NATO, kami akan segera--pada saat itu juga--gencatan senjata dan memulai perundingan," kata Putin.

ADVERTISEMENT

Pemimpin Rusia itu mengatakan dia tidak mengesampingkan mempertahankan kedaulatan Ukraina atas wilayah selatan Kherson dan Zaporizhzhia dengan syarat Rusia memiliki hubungan darat yang kuat dengan Krimea.

Analis militer telah lama mengatakan salah satu tujuan utama Rusia dalam serangannya adalah menciptakan 'jembatan darat' antara Rusia dan semenanjung Krimea, di sepanjang pantai selatan Ukraina.

Namun, Putin dan pejabat tinggi Rusia biasanya mencoba membenarkan serangan mereka dengan mengatakan bahwa mereka melindungi etnis Rusia dan penutur bahasa Rusia di Ukraina timur dari rezim 'neo-Nazi' di Kyiv.

Ukraina dan negara-negara Barat menolak tuduhan tersebut dan menganggap tindakan militer Rusia tidak berdasar sebagai agresi gaya kekaisaran.

Rusia disebut secara sepihak mencaplok semenanjung Krimea pada tahun 2014, memicu kemarahan internasional dan konflik bersenjata antara kelompok separatis yang didukung Rusia dan pasukan Kyiv di bagian timur negara tersebut.

Ukraina mengatakan pihaknya hanya akan menyetujui perdamaian jika Rusia menarik diri sepenuhnya dari wilayahnya yang diakui secara internasional, termasuk Krimea.

Simak Video: Putin Tak Segan Gunakan Senjata Nuklir Jika Kedaulatan Rusia Terancam

[Gambas:Video 20detik]




(rfs/rfs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads