Umm Hudaifa adalah istri pertama dari pemimpin Negara Islam Irak Suriah (ISIS) Abu Bakr al-Baghdadi menyampaikan kehidupan Al Baghdadi. Beberapa hal diungkapkan oleh Umm Hudaifa.
Dilansir BBC Indonesia, Selasa (11/6/2024), Umm menikah saat al-Baghdadi menjadi orang nomor satu dalam pemerintahan ISIS selama tindakan brutal kelompok ini di sebagian besar wilayah Suriah dan Irak.
Umm Hudaifa saat ini ditahan di penjara Irak selama proses penyelidikan terkait dugaan keterlibatannya atas kejahatan terorisme.
Dan pada salah satu kesempatan, dia mengirimkan seorang pengawalnya ke rumah untuk menjemput dua anaknya yang masih kecil.
Baca juga: 5 Berita Terpopuler Internasional Hari Ini |
"Dia mengatakan kepada saya bahwa mereka akan melakukan perjalanan untuk mengajak anak-anaknya belajar berenang," kata Umm Hudaifa.
Di rumahnya ada televisi yang biasa dia tonton secara sembunyi-sembunyi.
"Saya biasa menyalakannya saat dia tidak ada di rumah," katanya, seraya menambahkan keinginannya menonton televisi itu tidak berhasil.
Umm Hudaifa mengatakan, dia terputus dari dunia luar karena suaminya tidak mengizinkannya menonton televisi atau menggunakan teknologi lain, seperti telepon seluler, sejak 2007.
Beberapa hari setelah pengawalnya membawa anak-anaknya, dia mengaku dapat menyalakan televisi dan mendapat "kejutan besar".
Menganggap Diri Korban
Selama percakapan, Umm Hudaifa menggambarkan dirinya sebagai korban yang mencoba melarikan diri dari suaminya dan menyangkal bahwa dia terlibat dalam aktivitas brutal ISIS.
Pengakuannya ini sangat bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan dalam gugatan di pengadilan yang diajukan oleh sejumlah perempuan kelompok Yazidi yang diculik dan diperkosa oleh anggota ISIS.
Para perempuan Yazidi ini menuduh Umm Hudaifa terlibat dalam kasus perbudakan seksual terhadap para perempuan muda yang diculik.
Bertahun-tahun setelah pembebasannya, Umm Hudaifa mengklaim suaminya telah berubah: "Dia menjadi gampang marah dan mudah sekali emosi."
Sejumlah orang yang mengenal sosok al-Baghdadi mengatakan bahwa dia pernah terlibat dengan al-Qaeda sebelum berada di Bucca, namun baginya, hal itu menandai titik balik setelah dia menjadi semakin ekstrem.
"Al-Baghdadi mulai terjerat masalah psikologis," kata Umm Hudaifa. Ketika sang istri bertanya mengapa, al-Baghdadi berujar kepadanya bahwa "dia dihadapkan sesuatu yang kamu tak akan mengerti".
Umm Hudaifa meyakini bahwa meskipun dia tidak secara eksplisit mengatakannya, "selama penahanannya al-Baghdadi menjadi sasaran penyiksaan seksual".
Umm Hudaifa bilang dia mulai bertanya-tanya apakah suaminya anggota kelompok militan.
"Saya biasa menggeledah pakaiannya saat dia pulang ke rumah, saat dia mandi, atau saat dia hendak tidur.
"Saya bahkan mencari luka memar atau luka di tubuhnya Saya bingung," katanya, tetapi dia tidak menemukan apa pun.
"Saat itu aku memberitahunya, Kamu tersesat hal itu membuatnya marah besar."
"Kami pindah ke pedesaan Idlib di Suriah pada Januari 2012, dan di sana menjadi jelas bagi saya bahwa dialah emir [pemimpin]," kata Umm Hudaifa.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(aik/taa)