Korea Utara (Korut) mengirimkan ratusan balon raksasa yang membawa muatan sampah ke berbagai wilayah Korea Selatan (Korsel) dekat perbatasan kedua negara. Atas serangan balon sampah itu, Korsel merasa geram.
Dilansir AFP, Korea Utara telah mengirimkan hampir seribu balon yang membawa kantong sampah berisi segala sesuatu mulai dari puntung rokok hingga potongan karton dan plastik, kata militer Seoul, dan memperingatkan masyarakat untuk menjauh.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan balon-balon tersebut telah mendarat di provinsi-provinsi bagian Utara, termasuk Seoul dan wilayah Gyeonggi yang berdekatan, yang secara kolektif merupakan rumah bagi hampir setengah penduduk Korea Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Balon-balon terbaru itu penuh dengan "sampah seperti puntung rokok, kertas bekas, potongan kain dan plastik," kata JCS, seraya menambahkan bahwa para pejabat militer dan polisi sedang mengumpulkannya.
"Militer kami melakukan pengawasan dan pengintaian dari titik peluncuran balon, melacaknya melalui pengintaian udara, dan mengumpulkan puing-puing yang jatuh, dengan memprioritaskan keselamatan publik," katanya.
Dilansir Reuters, otoritas Seoul menyebutnya sebagai provokasi dan menolak klaim Pyongyang yang menyebut hal itu bertujuan mengganggu negara tetangganya. Sementara, Korsel mengatakan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah yang "tak tertahankan" terhadap Korut karena mengirimkan balon-balon pembawa sampah melintasi perbatasan kedua negara.
Langkah-langkah yang dimaksud mencakup propaganda menggelegar dari pengeras suara raksasa yang ditempat di perbatasan yang diarahkan ke wilayah Korut.
Dalam pernyataannya, Korut menyebut balon-balon pembawa sampah itu merupakan pembalasan atas kampanye propaganda yang dilakukan para pembelot Korut dan para aktivis di Korsel.
Diketahui bahwa para aktivis Korsel secara teratur mengirimkan balon-balon yang membawa selebaran anti-Pyongyang juga membawa pasokan makanan, obat-obatan, uang dan bahkan USB yang berisi video musik K-pop dan drama Korsel melintasi perbatasan.
Para pakar menilai otoritas Korut memberikan reaksi kemarahan terhadap kampanye semacam itu dari Korsel, karena mengkhawatirkan dampak potensial dari materi-materi itu terhadap psikologi warganya yang membaca atau mendengarkannya, dan terhadap kendali negara atas masyarakat.
Korsel Akan Ajukan Penangguhan Perjanjian Militer
Pemerintah Korsel berencana menangguhkan perjanjian militer yang ditandatangani dengan Korea Utara (Korut) sejak tahun 2018 lalu yang bertujuan meredakan ketegangan antara kedua negara.
Rencana itu diumumkan setelah Seoul memperingatkan respons keras untuk kiriman balon-balon yang membawa muatan sampah dari Pyongyang.
Dewan Keamanan Nasional, yang merupakan badan penasihat untuk Presiden Korsel, mengatakan bahwa pihaknya akan membahas rencana untuk menangguhkan keseluruhan perjanjian militer dengan Korut untuk mendapatkan persetujuan kabinet dalam rapat pada Selasa (4/6) waktu setempat.
Penangguhan perjanjian militer itu, sebut Dewan Keamanan Nasional, akan membuka jalan bagi Seoul untuk menggelar latihan di dekat perbatasan militer dan mengambil "langkah-langkah yang cukup dan segera" dalam menanggapi provokasi Pyongyang. Tidak dijelaskan lebih lanjut soal tindakan seperti apa yang mungkin diambil oleh Korsel.
Pakta militer itu menjadi kesepakatan paling substantif yang dihasilkan dari pertemuan puncak bersejarah antara kedua Korea tahun 2018 lalu. Perjanjian militer kedua Korea itu sebenarnya hampir dibatalkan ketika Pyongyang menyatakan tahun lalu bahwa pihaknya tidak lagi terikat oleh perjanjian itu.
Sejak saat itu, Korut mengerahkan pasukan dan persenjataannya di pos-pos penjagaan dekat perbatasan militer kedua Korea.
Dalam pernyataannya, Dewan Keamanan Nasional menilai bahwa dengan terus mematuhi pakta itu, "ada banyak masalah dari postur kesiapan militer kita".