Seorang polisi Jerman meninggal dunia pada Minggu (2/6) setelah berulang kali ditikam, dalam serangan yang terjadi saat unjuk rasa anti-Islam di negara tersebut. Polisi berusia 29 tahun itu, sempat dirawat di rumah sakit usai menjalani operasi, namun nyawanya tidak bisa diselamatkan.
Seperti dilansir AFP, Senin (3/6/2025), seorang pria bersenjatakan pisau tiba-tiba menyerang dan melukai beberapa orang dalam unjuk rasa yang digelar di alun-alun pasar di kota Mannheim, Jerman bagian barat daya, pada Jumat (31/5) waktu setempat.
Lima orang yang berpartisipasi dalam unjuk rasa itu mengalami luka-luka dalam serangan penikaman tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Motif di balik serangan penikaman itu belum diketahui secara jelas. Penikaman itu terjadi saat unjuk rasa yang digelar oleh sebuah kelompok yang berkampanye melawan Islam radikal bernama Pax Europa.
Kepolisian setempat menyebut salah satu korban luka merupakan seorang polisi "yang ditikam beberapa kali di area kepala" saat berusaha melakukan intervensi.
Segera setelah serangan itu terjadi, sang polisi yang tidak disebut namanya itu menjalani "operasi darurat dan mengalami koma buatan". Namun, menurut keterangan Kepolisian Jerman, sang polisi "meninggal dunia akibat luka-lukanya" pada Minggu (2/6) waktu setempat.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, dalam pernyataannya menyebut dirinya "sangat sedih" atas kematian seorang polisi tersebut dalam serangan yang disebutnya sebagai "serangan mengerikan".
"Komitmennya terhadap keselamatan kita semua patut mendapatkan pengakuan tertinggi," puji Scholz untuk polisi Jerman yang meninggal dalam pernyataan via media sosial X.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Menteri Keuangan Jerman, Christian Lindner, mengatakan kepada harian terkemuka Bild bahwa kematian seorang polisi itu "sangat menyentuh hati saya dan membuat saya marah atas apa yang terjadi di negara kita".
Dalam pernyataan terpisah, Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser, menyerukan penyelidikan menyeluruh atas penyerangan mematikan itu.
Jerman sangat waspada terhadap kemungkinan serangan ekstremis sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Kepala intelijen dalam negeri Jerman memperingatkan bahwa risiko serangan semacam itu "nyata dan lebih tinggi dibandingkan sebelumnya".
Berlin juga mengalami serentetan serangan terhadap para politisi di tempat kerja atau saat kampanye menjelang pemilu Uni Eropa pada 9 Juni mendatang.
Pekan lalu, Presiden Frank-Walter Steinmeier mengakui dirinya khawatir dengan tren berkembang dan mengingatkan masyarakat Jerman "tidak boleh terbiasa dengan kekerasan dalam pertarungan opini politik".