Gerakan internasional untuk warga Uighur yang terkucilkan, Kongres Uighur Dunia (WUC), dilanda tuduhan serius soal pelecehan seksual. Tuduhan itu menjerat Presiden WUC Dolkun Isa, yang telah menyampaikan permohonan maaf via media sosial.
Seperti dilansir situs resmi WUC, uyghurcongress.org, Rabu (29/5/2024), WUC mengutuk keras segala bentuk pelecehan, penyerangan seksual dan intimidasi seksual, terutama di tempat kerja. Pihak WUC juga menyatakan mengakui dan menerima permintaan maaf Isa, serta menyampaikan simpati terhadap para korban.
"Menanggapi krisis ini, WUC sedang menjalani diskusi internal, musyawarah, dan refleksi secara menyeluruh," demikian pernyataan pihak WUC yang berkantor di Munich, Jerman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menyelidiki semua tuduhan yang dibuat terhadap WUC dan tim kepemimpinannya, dan bertindak cepat untuk mencegah kerusakan institusional lebih lanjut," imbuh pernyataan tersebut.
"Selain itu, kami akan segera membentuk mekanisme untuk mengajukan pengaduan, keluhan, dan pelaporan pelanggaran (whistleblowing) untuk memastikan penyelidikan, pencarian fakta, dan penyelesaian masalah secara tepat waktu," sebut WUC dalam pernyataannya.
Tuduhan pelecehan seksual yang menjerat Isa itu dilaporkan oleh NOTUS, sebuah publikasi dari Institusi Jurnalisme Albritton yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS). Disebutkan NOTUS dalam laporannya bahwa Esma Gun, seorang aktivis Uighur dan mahasiswa berusia 22 tahun keturunan Turki-Belgia, memberikan screenshot percakapan pesan sebagai bukti tindakan pelecehan oleh Isa tahun 2021 lalu.
Screenshot percakapan yang diungkap Gun itu menunjukkan bagaimana Isa melontarkan pesan-pesan seksual yang tidak diinginkan. Menurut laporan NOTUS, Isa tidak berhenti ketika Gun dengan tegas menolaknya.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Gun menuturkan kepada NOTUS bahwa dirinya tidak melaporkan hal itu kepada WUC dan selama bertahun-tahun, tidak memberitahu para aktivis Uighur lainnya.
"Saya tidak ingin orang-orang mengetahui bahwa pemimpin mereka adalah orang seperti ini. Menjaga harapan sudah sulit bagi mereka," ucapnya.
Selain Gun, dua wanita Uighur lainnya yang tidak disebut namanya telah mengklaim dalam wawancara terpisah dengan NOTUS mengenai "pelecehan seksual" oleh Isa terhadap mereka.
Isa yang awalnya menolak berkomentar atas tuduhan-tuduhan yang muncul, akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka via media sosial X.
"Saya memiliki kewajiban untuk mengakui kesalahan penilaian yang serius, dan untuk itu, saya meminta maaf tanpa syarat. Meskipun tidak tidak pernah menindaklanjutinya, saya sangat menyesal telah mengirimkan pesan-pesan yang menyebabkan ketidaknyamanan dan penderitaan," tulis Isa.
"Kepada mereka yang menerimanya, dan kepada masyarakat yang merasa kecewa, saya meminta maaf," imbuhnya.