Salah satu pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menggambarkan serangan Israel di Rafah sebagai "pembantaian". Dia menganggap Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Israel, turut bertanggung jawab karena membantu Tel Aviv dengan persenjataan dan pendanaan.
"Serangan udara itu membakar tenda-tenda, membuat tenda-tenda melelah, dan jenazah orang-orang juga meleleh," ucap salah satu warga Rafah di Rumah Sakit Kuwaiti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataannya, militer Israel menyebut pasukan Angkatan Udaranya menyerang kompleks Hamas dengan menggunakan "amunisi yang tepat sasaran" dan didasarkan pada "intelijen yang tepat".
Tel Aviv mengklaim serangan itu menewaskan kepala staf Hamas untuk Tepi Barat dan para pejabat senior Hamas lainnya yang mendalangi serangan-serangan mematikan terhadap warga Israel beberapa waktu lalu. Belum ada tanggapan Hamas soal klaim ini.
"Serangan itu dilancarkan terhadap sasaran yang sah berdasarkan hukum internasional, dengan menggunakan amunisi yang tepat sasaran dan berdasarkan intelijen yang tepat yang mengindikasikan penggunaan wilayah itu oleh Hamas," sebut militer Israel dalam pernyataannya.
"IDF mengetahui laporan yang menunjukkan bahwa akibat serangan dan kebakaran yang terjadi, beberapa warga sipil di area itu terluka. Insiden ini sedang ditinjau," imbuh pernyataan tersebut.
Gempuran Israel terhadap Rafah itu dilakukan beberapa hari setelah Mahkamah Internasional atau ICJ memerintahkan Tel Aviv segera menghentikan serangannya di Rafah. Otoritas Israel menolak perintah ICJ itu dengan menegaskan serangannya di Rafah tidak berisiko memusnahkan warga sipil Palestina yang ada di sana.
Simak juga Video 'Arab Saudi Dorong Solusi Dua Negara untuk Penyelesaian Konflik di Gaza':
(nvc/zap)