Menteri Keamanan Publik Sri Lanka, Tiran Alles, melaporkan sebanyak 280 warga Sri Lanka telah direkrut untuk perang Rusia-Ukraina. Laporan tersebut bermunculan setelah Pemerintah Sri Lanka membentuk unit khusus untuk mengumpulkan informasi terkait keterlibatan negaranya dalam perang kedua negara tersebut.
"Kami telah menerima pengaduan dari sekitar 280 anggota keluarga," kata Tiran Alles dilansir AFP, Selasa (14/5/2024).
Sebagian besar dari mereka dilaporkan telah direkrut menjadi tentara Rusia. "Mereka ditipu dengan janji gaji yang tinggi dan secara keliru diberitahu bahwa mereka akan diberikan peran non-tempur," imbuh anggota parlemen Sri Lanka, Gamini Waleboda, kepada parlemen pada hari Senin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemberitahuan di situs Kementerian Pertahanan yang diterbitkan sejak gugus tugas tersebut dibentuk meminta para kerabat untuk "memberikan informasi tentang pensiunan personel militer Sri Lanka yang bergabung dalam perang Rusia-Ukraina".
Sampai saat ini, tidak ada perhitungan resmi berapa banyak warga Sri Lanka yang tewas dalam konflik tersebut. Sementara itu, Pemerintahan Sri Lanka telah berulang kali memperingatkan warganya agar tidak melakukan perjalanan ke Rusia atau Ukraina untuk bergabung dalam pertempuran.
Namun tidak ada batasan bagi warga Sri Lanka yang bepergian ke luar negeri. Banyak juga orang telah meninggalkan negara kepulauan tersebut di tengah krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pertengahan tahun 2022.
Tetangga Sri Lanka di Asia Selatan, India dan Nepal, juga telah mengkonfirmasi bahwa banyak warga negara-negara tersebut telah direkrut untuk berperang bersama tentara Rusia selama setahun terakhir.
Simak Video 'Bentrokan Sengit di Kharkiv, Rudal Rusia dan Ukraina Saling Serang':