Yang Terjadi di Gaza Diklaim AS Bukan Genosida

Yang Terjadi di Gaza Diklaim AS Bukan Genosida

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 14 Mei 2024 21:01 WIB
Jakarta -

Otoritas Gaza menyebut sudah hampir 35 ribu orang tewas akibat serangan Israel di tanah Palestina itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut 24 ribuan warga sipil tewas. Banyak di antaranya bukanlah milisi tapi anak-anak dan perempuan. Amerika Serikat (AS) menyebut yang terjadi di Gaza bukanlah genosida.

Genosida adalah pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras, demikian Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikannya. Genosida pernah terjadi seperti yang dialami etnis Yahudi di Jerman oleh Nazi Jerman era Adolf Hitler, atau etnis Bosnia yang dibunuh pihak Serbia.

Dilaporkan Reuters, 11 Mei lalu, Kementerian Kesehatan di Gaza, yakni otoritas Hamas, mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel telah meningkat menjadi 34.943 orang. Sementara itu lebih dari 78.500 orang terluka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir situs PBB (United Nations), Selasa (14/5/2024), ada 18 ribu orang tewas yang belum teridentifikasi tewas, di antarnaya 10.000 mayat sudah ditemukan dan 8.000 mayat belum ditemukan. Juru Bicara WHO Christian Lindmeyer menyebut angka jumlah korban tewas di Gaza: 24.686 orang yang teridentifikasi, 40 persen adalah pria dan 20 persen perempuan, serta 32 persen anak-anak.

Demonstrasi memprotes Israel dan pro-Palestina terjadi di mana-mana, termasuk di universitas-universitas top di AS, juga di Eropa, dan di Indonesia. Sejumlah negara juga resmi memprotes Israel. Kini, Israel mengancam Rafah, basis warga Palestina di ujung selatan Gaza. Rafah bisa kena serangan dan menambah korban tewas.

ADVERTISEMENT

AS menyatakan itu bukan genosida. Hal ini disampaikan oleh oleh Penasihat Keamanan Nasional, Jake Sullivan.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:

AS bantah ada genosida di Gaza

Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden tidak menganggap pembunuhan warga Palestina oleh militer Israel dalam perang yang berkecamuk di Jalur Gaza adalah genosida.

Namun Sullivan mengakui bahwa Tel Aviv seharusnya bisa melakukan lebih banyak hal untuk melindungi warga sipil tidak bersalah yang terjebak perang di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (14/5/2024).

"Kami meyakini Israel bisa dan harus berbuat lebih banyak hal untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah," ucap Sullivan dalam pernyataan kepada wartawan setempat.

"Kami tidak meyakini apa yang terjadi di Gaza adalah genosida. Kami dengan tegas menolak anggapan tersebut," tegasnya.

Dalam pernyataan kepada wartawan, Sullivan mengatakan bahwa AS ingin melihat Hamas dikalahkan. Namun dia juga memperingatkan bahwa warga sipil Palestina yang terjebak di tengah-tengah perang bagaikan berada "di neraka".

Lebih lanjut, Sullivan menegaskan kembali penolakan yang disampaikan berulang kali oleh pemerintahan Biden terhadap operasi militer besar-besaran Israel terhadap Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Dia menyebut operasi militer terhadap Rafah adalah sebuah kesalahan.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya:

AS tetap prihatin

AS prihatin dengan invasi Israel terhadap Rafah yang disebutnya tidak mempertimbangkan "apa yang akan terjadi selanjutnya". Dia merujuk pada operasi militer besar-besaran Israel di Jalur Gaza bagian utara dan kemudian kembalinya militan Hamas.

Sullivan dalam pernyataannya juga menyampaikan keprihatinan atas laporan para pemukim Israel yang menyerang konvoi bantuan kemanusiaan yang sedang dalam perjalanan ke perlintasan perbatasan Erez di Jalur Gaza bagian utara. Insiden itu menjadi yang kedua dalam waktu kurang dari seminggu.

"Sangat disayangkan ada orang yang menyerang dan menjarah barang-barang ini. Ini benar-benar perilaku yang tidak bisa diterima," ucapnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads