Raja Yordania Minta Biden Hentikan 'Pembantaian' di Rafah

Raja Yordania Minta Biden Hentikan 'Pembantaian' di Rafah

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 07 Mei 2024 14:44 WIB
US President Joe Biden meets with Jordans King Abdullah II and Crown Prince Hussein bin Abdullah II (not pictured) in the Oval Office at the White House in Washington, US on July 19, 2021. (File photo: Reuters)
Raja Abdullah dan Biden bertemu di Gedung Putih (dok. Reuters)
Washington DC -

Raja Yordania Abdullah meminta kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk membantu dalam menghentikan "pembantaian" warga sipil Palestina di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Raja Abdullah juga menyerukan komunitas internasional untuk mengambil tindakan segera.

Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (7/5/2024), hal itu disampaikan Raja Abdullah saat melakukan pertemuan pribadi dengan Biden di Gedung Putih, Washington DC, pada Senin (6/5) waktu setempat.

Dalam pertemuan itu, Raja Abdullah mengatakan kepada Biden bahwa serangan darat Israel terhadap Rafah akan menyebabkan "pembantaian baru" terhadap warga Palestina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Raja memperingatkan dampak serangan darat Israel di Rafah, yang bisa menyebabkan konflik regional," demikian pernyataan yang dirilis Kerajaan Yordania setelah Raja Abdullah dan Biden makan siang bersama di Gedung Putih.

Raja Abdullah dalam pertemuannya dengan Biden, menurut pernyataan Kerajaan Yordania, "memperingatkan bahwa serangan israel di Rafah, di mana 1,4 juta warga Palestina menjadi pengungsi internal akibat perang di Gaza, mengancam akan mengarah pada pembantaian baru".

ADVERTISEMENT

"Yang Mulia menekankan pentingnya semua upaya untuk segera mencapai gencatan senjata di Gaza," demikian pernyataan Kerajaan Yordania.

"Raja dan Presiden AS menegaskan komitmen mereka untuk berupaya mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan di Gaza, menekankan pentingnya memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan ke Jalur Gaza mengingat kebutuhan yang sangat mendesak," imbuh pernyataan itu.

Israel melancarkan serangan udara terhadap target di Rafah pada Senin (6/5) waktu setempat, dan memerintahkan warga Palestina di sana untuk segera mengungsi dari beberapa bagian kota di mana lebih dari satu juta orang berlindung dari perang yang berkecamuk selama tujuh bulan terakhir.

Serangan terhadap Rafah itu dilancarkan Tel Aviv setelah tiga tentaranya tewas dalam serangan roket Hamas di perlintasan perbatasan Kerem Shalom, yang menghubungkan wilayah Israel dengan Jalur Gaza bagian selatan.

Pada Senin (6/5) malam, Israel kembali menggempur Rafah hingga menewaskan sedikitnya lima orang, setelah kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza mengumumkan persetujuan atas proposal gencatan senjata terbaru.

Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut proposal gencatan senjata yang disetujui Hamas itu "jauh dari tuntutan penting Israel".

Sementara itu, dalam percakapan telepon dengan Netanyahu pada Senin (6/5) waktu setempat, Biden menekan pemimpin Israel itu untuk tidak melanjutkan serangan militer skala besar di Rafah.

Biden telah vokal dalam tuntutannya agar Israel tidak melancarkan serangan darat terhadap Rafah, tanpa adanya rencana untuk melindungi warga sipil Palestina.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads