Kelompok Hamas menyatakan akan menanggapi tawaran gencatan senjata yang diajukan Israel "dalam waktu yang sangat singkat". Namun Hamas juga menekankan bahwa gencatan senjata harus berlangsung permanen.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (2/5/2024), Hamas sedang mempertimbangkan tawaran gencatan senjata selama 40 hari di Jalur Gaza yang melibatkan pertukaran para sandera yang tersisa dengan sejumlah besar tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Seorang pejabat senior Hamas, Suhail al-Hindi, mengatakan kepada AFP bahwa kelompoknya akan "menyampaikan tanggapan mereka dengan jelas dalam waktu yang sangat singkat", meskipun tidak disebutkan secara pasti kapal hal itu diperkirakan akan terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbicara kepada AFP via telepon dari lokasi yang dirahasiakan, Al-Hindi menyebut masih terlalu dini untuk mengatakan apakah utusan Hamas, yang baru kembali dari perundingan terbaru di Kairo, Mesir, merasakan adanya kemajuan. Dia menekankan bahwa tujuannya adalah "untuk mengakhiri perang ini".
Namun tampaknya hal tersebut bertentangan dengan tekad Israel untuk melancarkan serangan darat secara besar-besaran di Jalur Gaza bagian selatan, terutama Rafah, demi memusnahkan batalion Hamas yang tersisa.
Seorang sumber yang memahami proses perundingan yang berlangsung, mengatakan bahwa mediator Qatar memperkirakan Hamas akan memberikan tanggapannya dalam satu atau dua hari ke depan.
Sumber tersebut mengatakan bahwa tawaran Israel berisi "konsesi nyata" termasuk periode "masa tenang berkelanjutan" setelah jeda pertempuran awal dan pertukaran sandera-tahanan.
Ditambahkan sumber itu bahwa penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, yang menjadi tuntutan Hamas, kemungkinan besar masih menjadi perdebatan.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
"Tetapi itu tidak akan dilakukan dengan biaya apa pun. Selama perang masih berlanjut, saya meyakini perlawanan Palestina telah berbicara soal masalah ini," ucapnya.
"Hamas terbuka untuk dialog apa pun dengan para mediator, baik Mesir atau Qatar, dan juga terbuka terhadap semua inisiatif untuk mengakhiri perang terhadap rakyat Palestina, namun dalam kondisi yang sangat jelas yang tidak bisa diabaikan." tegas Al-Hindi.
"Rakyat Palestina yang telah bertahan selama lebih dari 200 hari, dalam keadaan apa pun tidak boleh mengibarkan bendera putih atau menyerah pada persyaratan musuh Israel. Martabat dan kehormatan kami menolak untuk berkompromi," imbuhnya.
Hamas Komentari Desakan Menlu AS Soal Gencatan Senjata di Gaza
Sementara itu, seorang pejabat senior Hamas lainnya, Sami Abu Zuhri, memberikan komentar atas desakan yang disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken yang meminta Hamas menyetujui tawaran terbaru dari Israel untuk mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Blinken juga menyalahkan Hamas atas penundaan kesepakatan gencatan senjata. Abu Zuhri, dalam komentarnya, menyebut pernyataan Blinken itu tidak adil dan menyindirnya sebagai "Menlu Israel" bukan Menlu AS.
"Komentar Blinken bertentangan dengan kenyataan. Tidak aneh jika Blinken yang dikenal sebagai Menteri Luar Negeri Israel, bukan Amerika, melontarkan pernyataan seperti itu," ucap Abu Zuhri saat berbicara kepada Reuters.
"Bahkan tim perunding Israel mengakui (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu-lah yang menghalangi tercapainya kesepakatan," sebutnya.