Korea Utara (Korut) merilis lagu baru khusus untuk pemimpin mereka, Kim Jong Un. Lagu tersebut berisi pujian untuk Kim Jong Un yang disebut sebagai sosok "ayah yang ramah" dan "seorang pemimpin yang hebat".
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (20/4/2024), dirilisnya lagu baru untuk pemimpin Korut itu tampaknya merupakan bagian dari upaya propaganda demi meningkatkan posisi Kim Jong Un di negara terisolasi tersebut.
Lagu untuk Kim Jong Un itu dirilis lengkap dengan sebuah video musik yang ditayangkan oleh Korean Central Television yang dikuasai pemerintah Pyongyang pada Rabu (17/4) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Video musik itu menampilkan berbagai warga Korut dengan latar belakang berbeda-beda, mulai dari anak-anak hingga tentara dan staf medis yang tampak dengan penuh semangat menyanyikan lirik lagu untuk memuji Kim Jong Un tersebut.
"Ayo bernyanyi, Kim Jong Un pemimpin besar," demikian penggalan lirik lagu tersebut.
"Mari kita pamer soal Kim Jong Un, seorang ayah yang ramah," imbuh lirik lagu itu.
Tidak hanya itu, lagu tersebut bahkan ditampilkan secara langsung dengan diiringi orkestra yang ditonton oleh Kim Jong Un, dan disiarkan oleh televisi pemerintah Korut sebagai bagian dari seremoni menandai selesainya pembangunan 10.000 rumah baru di negara tersebut.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Dinasti keluarga Kim yang memerintah Korut sejak negara itu berdiri usai Perang Dunia II, berupaya memperkuat cengkeraman mereka pada kekuasaan dengan membangun kultus kepribadian di sekitar mereka.
Dirilisnya lagu bertempo cepat dengan judul "Friendly Father" atau "Ayah yang Ramah" ini terjadi ketika media pemerintah Korut baru-baru ini mengganti nama yang digunakan untuk hari libur umum, yang memicu spekulasi bahwa langkah itu menjadi bagian dari upaya memperkuat posisi Kim Jong Un.
Hari libur umum tahunan yang sebelumnya disebut sebagai "Hari Matahari" untuk memperingati kelahiran mendiang pendiri Korut Kim Il Sung, kini disebut sebagai "hari libur April" oleh media pemerintah. Sebutan baru itu dinilai lebih netral dibandingkan sebelumnya.
Perubahan semacam itu, menurut pejabat Kementerian Unifikasi Korea Selatan (Korsel), dinilai sebagai upaya Kim Jong Un untuk berdiri sendiri tanpa bergantung pada pendahulunya.