Dilansir AFP, diskusi tersebut, yang akan diadakan di kota pelabuhan Jeddah, Arab Saudi, pada Senin (22/4). Konferensi internasional itu didukung Perancis di Paris yang mengumpulkan lebih dari dua juta euro untuk Sudan.
Selama lebih dari setahun, negara Afrika timur laut ini dilanda konflik antara tentara Sudan dan pasukan paramiliter. Konflik itu merupakan sebuah kondisi yang parah hingga disebut PBB sebagai "salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah."
"Mengingat urgensi perdamaian, kami menyambut baik keputusan Arab Saudi untuk memulai kembali perundingan Jeddah dalam tiga minggu ke depan," tulis Tom Perriello, utusan khusus AS untuk Sudan, di X pada hari Senin.
Departemen Luar Negeri AS pada hari Selasa menyerukan kepada tentara dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) untuk "berunding dengan itikad baik menuju gencatan senjata."
Mesir, Uni Emirat Arab, Uni Afrika dan blok perdagangan IGAD Afrika Timur akan bermitra dalam memfasilitasi perundingan tersebut, kata juru bicara Departemen Luar Negeri.
Amerika Serikat dan Arab Saudi telah mendukung beberapa putaran perundingan di Jeddah namun tidak membuahkan hasil.
Pertempuran pecah pada 15 April tahun lalu antara tentara reguler Sudan, yang dipimpin oleh pemimpin de facto negara itu Abdel Fattah al-Burhan, dan paramiliter RSF yang dipimpin oleh mantan wakil dan sekutunya Mohamed Hamdan Daglo.
Sejak itu, puluhan ribu orang terbunuh dan lebih dari 8,5 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Simak Video: Pilu Sekjen PBB Teringat Situasi Gaza-Sudan di Momen Idul Fitri
(aik/aik)