Andres mengatakan militer Israel sebenarnya mengetahui keberadaan konvoi relawan WCK tersebut. Andres menyerukan penyelidikan terhadap insiden mematikan di Jalur Gaza itu oleh pemerintah AS dan negara asal dari setiap relawan yang tewas.
"Mereka menargetkan kami di zona dekonflik, di wilayah yang dikuasai (militer Israel). Mereka mengetahui bahwa tim kami sedang bergerak di jalanan itu... dengan tiga mobil," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketujuh relawan WCK itu tewas ketika konvoi kendaraan mereka dihantam serangan udara tak lama setelah mereka memantau penyaluran 100 ton makanan yang dibawa ke Jalur Gaza melewati jalur laut. Andres mengatakan ada lebih dari tiga serangan udara yang menghantam konvoi relawan kemanusiaan WCK tersebut. Dia pun menolak pernyataan Israel dan AS yang menyebut serangan itu tidak disengaja.
"Awalnya saya tegaskan tidak," jawabnya ketika ditanya apakah dirinya menerima penjelasan Israel.
"Bahkan jika kita tidak berkoordinasi (dengan militer Israel), tidak ada negara demokratis dan tidak ada militer yang bisa menargetkan warga sipil dan kelompok kemanusiaan," tegas Andres.
Andres mengatakan organisasinya masih mempelajari situasi keamanan di Jalur Gaza sembari mempertimbangkan untuk memulai kembali pengiriman bantuan. Saat ini, pihaknya menangguhkan pengiriman bantuan.
Dia menggambarkan bagaimana dirinya mengetahui serangan melanda tim relawannya di Jalur Gaza. Dia menyebut awalnya WCK kehilangan kontak dengan tim relawan di Jalur Gaza dan tidak menyadari apa yang terjadi hingga dirinya melihat foto-foto mayat relawannya.
Menurut Andres, setelah militer Israel menyerang mobil lapis baja pertama, tim relawan berhasil melarikan diri dan berpindah ke mobil kedua yang kemudian juga diserang, sehingga memaksa mereka berpindah ke mobil ketiga.
Para relawan kemanusiaan WCK, sebut Andres, berusaha untuk berkomunikasi guna memperjelas siapa mereka. Andres kembali menegaskan bahwa militer Israel sudah tahu bahwa tim relawan ada di wilayah yang dikuasainya.
Andres mengatakan mobil ketiga juga dihantam serangan udara. "Dan kita melihat konsekuensinya," ucapnya.
Andres menuturkan bahwa dirinya seharusnya hadir langsung bersama timnya pada saat itu, namun tidak bisa kembali ke Jalur Gaza tepat waktu. Bulan lalu, WCK yang didirikan oleh Andres tahun 2010 setelah gempa dahsyat Haiti, mulai menyalurkan bantuan pangan kepada warga Palestina yang kelaparan di Jalur Gaza bagian utara melalui koridor maritim dari pelabuhan Siprus. WCK bekerja sama dengan badan amal Spanyol bernama Open Arms.
Dalam aktivitasnya, sebut Andres, WCK dan Open Arms melakukan koordinasi erat dengan militer Israel, juga negara-negara Arab dan negara-negara asing lainnya.
(nvc/haf)