Pemerintah Inggris dan Australia kompak menyatakan perlunya "penghentian segera pertempuran" di Gaza. Hal ini disampaikan pada Jumat (22/3) seiring tekanan diplomatik meningkat terhadap Israel untuk mempertimbangkan kembali rencana serangan darat di kota Rafah.
Dilansir kantor berita AFP, Jumat (22/3/2024), dalam sebuah pernyataan bersama usai pembicaraan di Adelaide, Australia, menteri luar negeri dan menteri pertahanan Australia dan Inggris menekankan "pentingnya penghentian segera pertempuran di Gaza agar bantuan dapat mengalir dan sandera dapat dibebaskan".
Seruan tersebut disampaikan hanya beberapa jam sebelum Amerika Serikat akan mengajukan resolusi ke Dewan Keamanan PBB yang akan menekankan perlunya "gencatan senjata segera".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Washington selama berbulan-bulan telah memveto seruan untuk mengeluarkan resolusi yang mencakup "gencatan senjata segera", untuk melindungi sekutu terdekatnya di Timur Tengah, Israel, dari kritik PBB saat mereka membalas serangan Hamas 7 Oktober.
Namun, ada kekhawatiran di Washington mengenai jumlah korban jiwa dalam serangan Israel di Gaza yang telah berlangsung selama lima bulan dan dampak politik di Timur Tengah.
Operasi Israel tersebut telah membuat marah dunia Arab dan merenggut hampir 32.000 nyawa, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas tersebut.
Ada juga kecurigaan di Washington bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin memperpanjang perang karena alasan politik.
Seruan London untuk "segera penghentian pertempuran" adalah tanda bahwa Inggris juga semakin cemas mengenai jumlah korban dan dampak dari perang di Gaza.
Dalam pernyataannya, Inggris dan Australia mengatakan gencatan senjata kini sangat dibutuhkan untuk "memungkinkan aliran bantuan dan pembebasan sandera sebagai langkah penting menuju gencatan senjata yang permanen dan berkelanjutan."
Kedua negara menyebut krisis kemanusiaan di Gaza sebagai "bencana besar dan mendesak Israel agar mengizinkan bantuan kemanusiaan yang segera, aman, tanpa hambatan dan meningkat untuk menjangkau warga Palestina di Gaza".