Serangan Putin ke Sistem Politik AS saat Menang Telak di Pilpres Rusia

Serangan Putin ke Sistem Politik AS saat Menang Telak di Pilpres Rusia

Tim detikcom - detikNews
Senin, 18 Mar 2024 20:14 WIB
Russian President Vladimir Putin speaks on a visit to his campaign headquarters after a presidential election in Moscow, early Monday, March 18, 2024. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)
Foto: Vladimir Putin (AP/Alexander Zemlianichenko)
Jakarta -

Presiden Rusia Vladimir Putin menang telak dalam pilpres. Usai kemenangannya ini, Putin melontarkan kritikan kepada sistim politik Amerika Serikat (AS).

Diketahui, pilpres tersebut berlangsung selama tiga hingga Minggu (17/3) kemarin. Kemenangan Putin dalam mengalahkan tiga kandidat lainnya ini, akan memperkuat cengkeraman atas kekuasaan yang dipegangnya selama beberapa dekade terakhir.

Kritikan terhadap sistem politik AS ini diketahui terjadi saat dirinya ditanya oleh media AS mengenai kemenangannya tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir Reuters, Senin (18/3/2024), dalam pidato kemenangannya Putin menyebut kemenangannya dalam pilpres menunjukkan bahwa Rusia sudah benar dalam menentang Barat. Menurutnya hal ini juga menunjukkan pihaknya benar dalam mengirimkan pasukan ke Ukraina.

Putin juga mengatakan kepada para pendukungnya bahwa dirinya akan memprioritaskan penyelesaian tugas-tugas yang terkait dengan apa yang dia sebut sebagai "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina dan akan memperkuat militer Rusia.

ADVERTISEMENT

"Kita mempunyai banyak tugas ke depan. Namun ketika kita melakukan konsolidasi -- tidak peduli siapa yang ingin mengintimidasi kita, menindas kita -- tidak ada seorang pun yang pernah berhasil dalam sejarah, mereka belum berhasil saat ini, dan mereka tidak akan pernah berhasil di masa depan," tegas Putin.

Simak halaman selanjutnya

Para pendukung kemudian meneriakkan "Putin, Putin, Putin" ketika dia muncul di panggung, dan berteriak "Rusia, Rusia, Rusia" setelah dia menyelesaikan pidato kemenangannya pada Minggu (17/3) waktu setempat.

Menurut exit poll yang dilakukan lembaga survei Public Opinion Foundation (FOM), Putin meraup 87, 8 persen suara dalam pilpres tahun ini. Angka tersebut mencetak rekor sebagai hasil tertinggi dalam pilpres Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet.

Pusat Penelitian Opini Publik Rusia (VCIOM) juga melaporkan bahwa Putin memperoleh 87 persen suara setelah pilpres digelar selama tiga hari terakhir. Hasil resmi pertama yang dirilis otoritas Rusia menunjukkan bahwa laporan lembaga survei dan pusat penelitian itu akurat.

Tingkat partisipasi pemilih secara nasional, menurut para pejabat otoritas pemilu Rusia, mencapai 74,22 persen ketika pemungutan suara diakhiri pada Minggu (17/3) waktu setempat. Angka itu melampaui angka tahun 2018 ketika tingkat partisipasi mencapai 67,5 persen.

Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris, dan beberapa negara lainnya menuduh pemungutan suara dalam pilpres Rusia tidak bebas dan tidak adil karena adanya pemenjaraan terhadap lawan politik dan pemberlakuan sensor yang ketat.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.


Kandidat capres dari Partai Komunis Federasi Rusia (CPRF) Nikolai Kharitonov menempati peringkat kedua dengan perolehan suara di bawah 4 persen. Sedangkan capres Vladislav Davankov dari Partai Rakyat Baru menempati peringkat ketiga, dan capres Leonid Slutsky dai Partai Demokrat Liberal Rusia (LDPR) ada di peringkat empat.

Dengan hasil itu berarti Putin, yang kini berusia 71 tahun, akan kembali menjabat selama enam tahun ke depan sebagai Presiden Rusia. Hal tersebut akan membuatnya menggeser Josef Stalin dan menjadi pemimpin terlama di Rusia selama lebih dari 200 tahun terakhir, jika dia menyelesaikan masa jabatannya.


Sementara itu, saat ditanya oleh jaringan televisi AS, NBC, soal apakah terpilihnya kembali dirinya sebagai presiden Rusia sudah demokratis, Putin melontarkan kritikan terhadap sistem politik dan peradilan AS.

"Seluruh dunia menertawakan apa yang terjadi (di Amerika Serikat). Ini sebuah bencana, bukan demokrasi," sebutnya.

"... Apakah demokratis jika menggunakan sumber daya administratif untuk menyerang salah satu calon Presiden Amerika Serikat, antara lain dengan menggunakan sistem peradilan?" tanya Putin, merujuk pada empat kasus kriminal yang menjerat capres Partai Republik Donald Trump yang menjadi rival Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat dalam pilpres AS pada November mendatang.

Halaman 2 dari 3
(dwia/dek)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads