Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Anatoly Antonov mengaku kedutaannya telah menerima rentetan ancaman terkait pemilihan presiden (pilpres) yang digelar pada akhir pekan ini.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (15/3/2024), hal itu diungkapkan oleh Antonov saat berbicara di televisi pemerintah Rusia pada Kamis (14/3) waktu setempat.
"Kami mendapatkan banyak sekali panggilan telepon dan ancaman-ancaman yang provokatif," sebut Antonov dalam pernyataannya seperti dikutip kantor berita Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengetahui bahwa ada rencana-rencana untuk aksi anti-Rusia, di sekitar kedutaan dan konsulat kami, dan akan ada upaya untuk masuk ke kedutaan kami. Bukan untuk mengganggu pemilu, karena itu tidak akan berhasil, tapi untuk membuat keadaan menjadi lebih sulit dan hanya merusak suasana hati kita," ujarnya.
Pemungutan suara dalam pilpres Rusia telah dimulai, dengan tempat pemungutan suara di berbagai wilayah telah dibuka pada Jumat (15/3) waktu setempat, yang akan menjadi hari pertama pilpres. Pemungutan suara dalam pilpres Rusia akan berlangsung selama tiga hari, yakni mulai 15 Maret hingga 17 Maret mendatang.
Presiden Vladimir Putin, yang menjadi capres petahana, diprediksi kuat akan menang mudah dalam melawan tiga penantangnya dan akan terus menjabat untuk enam tahun ke depan di Kremlin.
Sejauh ini, tidak ada satu pun capres lawan Putin yang melontarkan kritikan terhadapnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Rusia Gelar Pilpres 2024 Hari Ini, Berikut 4 Kandidatnya':
Putin, dalam pernyataannya menjelang pilpres, menyerukan agar para pemilih Rusia mendukung kepemimpinannya meskipun ada "masa sulit" bagi negara tersebut.
Sementara itu, Menteri Pengembangan Digital Rusia Maksut Shadayev mengungkapkan kepada kantor berita TASS pada Kamis (14/3) waktu setempat bahwa dirinya memperkirakan akan terjadi serangan peretas atau hacker skala besar terhadap infrastruktur sistem pemungutan suara Rusia selama pilpres berlangsung.
Sebelumnya, Rusia dan Ukraina sama-sama melaporkan adanya serangan drone dan roket sejak Kamis (14/3) malam waktu setempat, dengan masing-masing negara mengklaim berhasil menembak jatuh belasan hingga puluhan drone dan roket.