Umat Muslim di Gaza, Palestina, terpaksa menjalani Ramadan 1445 H dengan suram gegara invasi Israel yang tak kunjung henti. Sejumlah kisah pilu pun mencuat dari Gaza saat bulan Ramadan tiba.
Sebagai informasi, Israel telah mendeklarasikan perang yang diklaim untuk membalas serangan Hamas ke wilayah mereka pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas itu menewaskan 1.200 orang di Israel.
Israel kemudian melakukan serangan besar-besaran ke Gaza dengan dalih menghancurkan Hamas. Serangan itu telah menyebabkan lebih dari 31 ribu orang tewas, di mana mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan Israel juga menghancurkan berbagai fasilitas mulai dari rumah warga, rumah sakit, masjid, gereja hingga sekolah. Jutaan warga pun mengungsi akibat perang.
Gencatan senjata yang telah dibahas jelang Ramadan tak kunjung terwujud. Warga Gaza pun menjalani ibadah di bulan Ramadan dengan pilu. Berikut 5 kisah pilu warga Palestina jalani Ramadan di tengah kekejian Israel:
Salat Tarawih di Reruntuhan Masjid
Warga Gaza menggelar salat Tarawih pertama Ramadan tahun ini di sekitar reruntuhan masjid Farouk, Rafah, Gaza Selatan. Masjid tersebut merupakan salah satu masjid yang hancur akibat serangan Israel.
Dilansir Anadolu Agency, Selasa (12/3/2024), jemaah terlihat salat di atas sajadah yang mereka letakkan di atas tanah. Mereka terlihat salat mengenakan jaket karena harus melaksanakan salat di ruang terbuka saat malam hari pada musim dingin.
Lokasi salat hanya disinari beberapa lampu darurat dan juga api unggun. Rumah-rumah di sekitar reruntuhan masjid itu terlihat gelap.
Selain itu, ada juga warga di Deir al-Balah, Gaza Tengah, yang menggelar salat di dekat tenda-tenda pengungsian. Mereka salat di lapangan terbuka tanpa atap dan juga pencahayaan yang memadai.
Ada juga warga yang salat di masjid yang masih berdiri. Tampak beberapa warga menangis saat salat.
![]() |
Suara Bom dan Ambulans Tanpa Henti
Salah satu pedagang di pasar Deir el-Balah, Atia Harb, bercerita betapa menyedihkannya Ramadan tahun ini. Harb yang mengungsi bersama 11 orang keluarganya mengatakan suara bom dan ambulans terdengar tanpa henti saat Ramadan.
"Ramadan tahun ini sangat berbeda. Terdengar suara bom dan ambulans yang melaju tanpa henti," ujarnya dilansir Al Jazeera.
"Saat ini, kebanyakan orang berada di tempat penampungan, tenda darurat, dan di jalanan. Mereka kehilangan rumah, tempat perlindungan mereka," sambung Harb.
Jabr Mushtaha yang dulunya pembuat manisan di Gaza juga menceritakan betapa suramnya Ramadan kali ini. Dia mengatakan tokonya sudah hancur dan dia harus mengungsi.
"Toko manisan saya di Gaza dulunya sangat sibuk dengan pelanggan Ramadan setiap tahunnya. Sekarang sangat berbeda. Toko dibom, rumah saya dibom, dan saya menjadi pengungsi," ucapnya.
Tak Ada Makanan untuk Berbuka
Dilansir AFP, banyak warga Gaza yang terus mencari korban selamat dan jenazah di antara puing-puing rumah yang hancur saat Ramadan telah tiba.
Laporan PBB, yang mengutip Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan 25 orang telah meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi akut. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.
"Kita kehabisan waktu. Jika kita tidak secara eksponensial meningkatkan jumlah bantuan yang masuk ke wilayah utara, kelaparan akan segera terjadi," kata kepala Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain.
PBB telah melaporkan kesulitan dalam mengakses Gaza utara untuk pengiriman makanan dan bantuan lainnya. Warga di seluruh wilayah Gaza juga semakin merasakan kekurangan bahan makanan selama bulan Ramadan.
"Kami tidak tahu apa yang akan kami makan untuk berbuka puasa. Saya hanya punya tomat dan mentimun dan saya tidak punya uang untuk membeli apa pun," kata Zaki Abu Mansour di tenda pengungsiannya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Barang-barang di pasar dijual dengan harga tinggi karena langka. Pertempuran juga berkecamuk di seluruh Gaza, bahkan ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan 'gencatan senjata' selama bulan suci Ramadan dan mengatakan dia 'terkejut dan marah karena konflik terus berlanjut'.
Guterres juga menyerukan penghapusan 'semua hambatan' dalam pengiriman bantuan. Pemerintah asing kini mencoba bantuan lewat udara dan laut.
Seorang pejabat senior pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan Siprus telah menyediakan platform di pelabuhan Larnaca untuk 'penyaringan oleh pejabat Israel terhadap barang-barang tujuan Gaza'. Juru bicara pemerintah Siprus, Konstantinos Letymbiotis, mengatakan 'ini adalah sebuah inisiatif, yang kompleksitasnya memerlukan kehati-hatian dan perhatian agar kapal dapat berangkat dan muatannya dapat dengan aman mencapai penduduk sipil di Gaza'.
Diserang Israel Saat Antre Bantuan
Israel kembali melakukan serangan terhadap warga di Gaza, Palestina, yang sedang mengantre bantuan. Serangan itu menyebabkan sembilan orang tewas.
Dilansir Al Jazeera, Selasa (12/3/2024), kantor berita Wafa melaporkan pasukan Israel kembali menyerang warga Palestina yang menunggu truk bantuan di Bundaran Kuwait di selatan Kota Gaza.
Lebih dari 20 orang yang terluka dalam serangan itu. Korban serangan telah dilarikan ke Kompleks Medis Shifa.
Sebelumnya, Israel juga menyerang warga yang sedang berebut bantuan pada Kamis (29/2). Serangan itu menyebabkan 115 orang tewas dan 750 orang lainnya terluka.
Dipukuli Saat Hendak Tarawih
Selain di Gaza, kisah pilu juga dialami warga Palestina yang hendak salat Tarawih di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem. Mereka dipukuli oleh polisi Israel saat hendak masuk ke Al-Aqsa.
Dilansir Anadolu Agency dan The Times of Israel, Selasa (12/3/2024), berdasarkan keterangan saksi mata, polisi Israel hanya memperbolehkan perempuan dan laki-laki berusia di atas 40 tahun untuk masuk ke Masjid Al-Aqsa.
![]() |
Saksi mengatakan banyak warga Palestina yang datang untuk menunaikan Tarawih berkumpul di gerbang Tempat Suci, atau Haram al-Sharif. Rekaman menunjukkan polisi Israel menyerang beberapa warga Palestina dengan tongkat di pintu masuk kompleks Al-Aqsa.
Polisi Israel mengklaim pihaknya berupaya untuk 'memungkinkan kebebasan beribadah di Bukit Bait Suci sekaligus memastikan keselamatan dan keamanan, sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh kepemimpinan politik'.
Foto dan video yang beredar juga menunjukkan sekelompok pemuda Muslim yang dihalangi masuk ke kompleks Al-Aqsa menggelar salat di gang-gang menuju kawasan itu dan di luar tembok Kota Tua. Harian Haaretz juga melaporkan beberapa pemuda Palestina berhasil memasuki kompleks tersebut bersama orang tua mereka atau ketika polisi melonggarkan prosedur masuk karena adanya tekanan pada penghalang di pintu masuk.
Menurut laporan tersebut, ribuan jemaah yang berhasil masuk menggelar salat Tarawih di Masjid Al-Aqsa pada hari Minggu malam dan jumlah mereka diperkirakan akan terus melonjak dalam beberapa hari mendatang hingga mencapai puluhan ribu pada hari Jumat.