Sosok Eks Pegawai Pelapor Masalah Produksi Pesawat Boeing yang Ditemukan Tewas

Sosok Eks Pegawai Pelapor Masalah Produksi Pesawat Boeing yang Ditemukan Tewas

Haris Fadhil - detikNews
Selasa, 12 Mar 2024 14:18 WIB
Eks pegawai Boeing, John Barnett, yang ditemukan tewas (ABC News)
Foto: Eks pegawai Boeing, John Barnett, yang ditemukan tewas (ABC News)
Washington DC -

Seorang mantan pegawai Boeing, John Barnett, ditemukan tewas. Barnett dikenal karena menyuarakan keprihatinan mengenai standar produksi bekas perusahaannya itu.

Dilansir BBC, Daily Mail dan ABC News, Selasa (12/3/2024), Barnett yang berusia 62 tahun ditemukan tewas pada Sabtu (9/3). Barnett sebelumnya telah memberikan pernyataan resmi di mana dia ditanyai oleh pengacara Boeing, sebelum diperiksa silang oleh pengacaranya sendiri.

Barnett lalu dijadwalkan menjalani pemeriksaan lebih lanjut pada hari Sabtu (9/3). Namun, dia tidak muncul sehingga berujung penyelidikan dilakukan ke hotelnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Polisi menyebut Barnett diduga tewas akibat luka yang 'ditimbulkan sendiri'. Namun, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

"Kami sedih atas meninggalnya Tuan Barnett, dan duka kami tertuju pada keluarga dan teman-temannya," ujar Boeing dalam pernyataannya.

ADVERTISEMENT

Sebenarnya, siapa John Barnett?

Barnett telah bekerja untuk Boeing selama 32 tahun. Dia pensiun pada tahun 2017 karena masalah kesehatan.

Pada 2010, dia tercatat pernah menjadi quality manager di pabrik Boeing di North Charleston yang memproduksi pesawat 787 Dreamliner. Pesawat itu dikenal canggih dan banyak digunakan untuk penerbangan jarak jauh.

Setelah pensiun, Barnett mengajukan klaim pelapor (whistleblower) terhadap Boeing dengan tuduhan bahwa perusahaan tersebut melakukan pembalasan terhadapnya karena berulang kali melaporkan kerusakan.

Pada bulan Januari 2024, dia mengatakan kepada ABC bahwa dia sangat kecewa dengan perusahaan yang pernah dia cintai. Pesawat Boeing 737 MAX telah menjadi fokus pengawasan setelah dua kecelakaan mematikan lima tahun lalu dan insiden baru-baru ini yang melibatkan Alaska Airlines di mana pintu darurat tiba-tiba lepas saat penerbangan.

Barnett meyakini masalah yang terjadi sebenarnya lebih parah daripada masalah MAX. Menurutnya, yang menjadi masalah adalah standar kualitas dan keselamatan yang lemah.

"Ini adalah masalah Boeing, ini bukan masalah 737. Budaya mereka adalah soal kecepatan, produksi, dan peluncuran pesawat. Masalah apa pun, kekhawatiran apa pun yang Anda kemukakan akan memperlambat mereka," ujarnya.

Pada 2019, dia pernah menyebut kepemimpinan baru di lokasi produksi tempatnya bekerja tidak tidak memahami proses. Hal itu disampaikan Barnett kepada Corporate Crime Reporter dalam sebuah wawancara pada tahun 2019 tentang bagaimana para petinggi Boeing diduga mengambil jalan pintas agar pesawat 787 mereka yang canggih bisa keluar tepat waktu.

"Mereka mendatangkan orang dari area lain di perusahaan. Tim kepemimpinan baru mulai dari direktur saya hingga - semuanya berasal dari St Louis, Missouri. Mereka bilang mereka semua adalah teman di sana. Seluruh tim itu turun. Mereka berasal dari pihak militer. Kesan saya adalah pola pikir mereka adalah - kami akan melakukannya sesuai keinginan kami. Moto mereka saat itu adalah - kami berada di Charleston dan kami dapat melakukan apapun yang kami inginkan," ujarnya dalam wawancara itu sebagaimana dikutip dari Daily Mail.

"Mereka mulai menekan kami untuk tidak mendokumentasikan kerusakan, bekerja di luar prosedur, dan mengizinkan pemasangan material yang cacat tanpa diperbaiki. Mereka mulai mengabaikan prosedur dan tidak menjaga kendali konfigurasi pesawat, tidak mengendalikan bagian-bagian yang tidak sesuai - mereka hanya ingin pesawat didorong keluar dan membuat mesin kasir berdering," sambungnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Simak juga Video: Detik-detik Sayap Pesawat Atlas Air Boeing 747 Terbakar saat Terbang di Miami

[Gambas:Video 20detik]




Dia juga mengatakan dirinya telah menemukan masalah serius pada sistem oksigen pesawat. Barnett disebut telah melakukan tes terhadap 300 sistem oksigen pada tahun 2016 dan menemukan 25% di antaranya gagal berfungsi.

Artinya, menurut Barnett, satu dari empat masker pernapasan tidak akan berfungsi dalam keadaan darurat. Barnett mengklaim dia telah memberi tahu atasannya di pabrik tentang kekhawatirannya, namun tidak ada tindakan yang diambil.

Boeing telah membantah tudingan dari Barnett. Namun, tinjauan yang dilakukan pada tahun 2017 oleh Federal Aviation Administration (FAA) membuktikan beberapa keraguan Barnett, termasuk menemukan bahwa setidaknya 53 bagian yang 'tidak sesuai', seperti yang mereka katakan, salah tempat dan dianggap hilang.

Boeing telah diperintahkan untuk segera mengambil tindakan perbaikan dengan menemukan dan merinci bagian-bagian yang hilang. Setelah peninjauan, perusahaan tersebut juga mengakui bahwa mereka telah 'mengidentifikasi beberapa botol oksigen yang diterima dari pemasok yang tidak digunakan dengan benar'. Namun, Boeing tetap membantah tudingan Barnett dan menyatakan botol yang bermasalah tersebut tidak dipasang di pesawat.

Sementara itu, pekan lalu, FAA mengatakan audit enam minggu menemukan 'beberapa kejadian di mana Boeing diduga gagal mematuhi persyaratan kendali mutu manufaktur.'

Halaman 2 dari 2
(haf/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads