Seorang pemimpin Hamas mengatakan bahwa gerakan Palestina itu tidak mengetahui berapa banyak sandera yang masih hidup usai dibawa ke Jalur Gaza dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
"Mengenai para tahanan itu, kami tidak tahu persis siapa di antara mereka yang masih hidup atau meninggal, tewas karena serangan atau kelaparan," kata Bassem Naim, pemimpin senior Hamas, kepada AFP dari Kairo, Mesir pada Senin (4/3) waktu setempat.
"Ada tahanan yang ditahan oleh banyak kelompok di berbagai tempat," ujarnya, seperti dikutip dari AFP dan Al Arabiya, Selasa (5/3/2024), hampir lima bulan setelah perang antara Hamas dan Israel pecah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Naim, mantan menteri kesehatan di Gaza tersebut, mengatakan bahwa "gencatan senjata diperlukan agar kami dapat melakukan (pemeriksaan) terhadap masalah ini... mengenai nama, jumlah dan status mereka apakah masih hidup atau sudah meninggal."
Masalah sandera merupakan inti dari perundingan yang sedang berlangsung di Kairo untuk membahas gencatan senjata di Gaza.
Mediator Qatar dan Mesir terlibat dalam pembicaraan dengan utusan Amerika Serikat dan Hamas untuk pembicaraan hari kedua pada hari Senin (4/3) waktu setempat.
Pemerintah Israel menolak mengirim delegasinya ke perundingan di Kairo tersebut. Alasannya, mereka tidak diberikan daftar sandera yang masih hidup oleh Hamas, menurut laporan media Israel.
Simak Video 'Pilu Warga di Rafah Gaza: Kami Sedang Tidur Dihantam Rudal!':
Namun, Naim mengatakan bahwa rincian status para tahanan "tidak disebutkan dalam dokumen atau proposal apa pun yang beredar selama proses negosiasi".
Sekitar 250 sandera dibawa ke Jalur Gaza selama serangan 7 Oktober, dan para pejabat Israel mengatakan 130 sandera saat ini masih ditahan di sana, termasuk 31 orang yang diduga tewas.
Pada hari Jumat lalu, Hamas mengatakan bahwa tujuh sandera lagi telah tewas karena operasi militer Israel di Gaza. AFP tidak dapat mengkonfirmasi informasi tersebut secara independen.
Sebelumnya pada bulan Desember 2023 lalu, militer Israel mengumumkan bahwa tentaranya menewaskan tiga sandera secara tidak sengaja, karena meyakini bahwa mereka merupakan ancaman.