Sekjen PBB: Serangan ke Rafah Akan Jadi 'Paku Terakhir Peti Mati' Gaza

Sekjen PBB: Serangan ke Rafah Akan Jadi 'Paku Terakhir Peti Mati' Gaza

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 27 Feb 2024 12:51 WIB
United Nations Secretary-General Antonio Guterres inspects aid for Palestinians, as officials wait to deliver aid to Gaza through the Rafah border crossing between Egypt and the Gaza Strip, amid the ongoing conflict between Israel and the Palestinian Islamist group Hamas, at Al Arish airport, in Egypt, October 20, 2023. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Sekjen PBB Antonio Guterres (dok. REUTERS/AMR ABDALLAH DALSH)
New York -

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan bahwa operasi militer skala penuh Israel terhadap Rafah di Jalur Gaza bagian selatan akan memberikan pukulan mematikan terhadap program bantuan kemanusiaan di daerah kantong Palestina tersebut.

Seperti dilansir AFP, Selasa (27/2/2024), Guterres mengingatkan bahwa bantuan kemanusiaan masih "sama sekali tidak mencukupi" di wilayah Jalur Gaza yang selama beberapa bulan terakhir terus digempur serangan-serangan militer Israel yang berperang melawan Hamas.

Berbicara di hadapan Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, Swiss, pada Senin (26/2), Guterres menyebut Rafah sebagai "inti dari operasi bantuan kemanusiaan" di wilayah Palestina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rafah yang merupakan kota paling selatan di Jalur Gaza itu menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 1,4 juta warga Palestina yang menghindari gempuran Israel.

"Serangan besar-besaran Israel terhadap kota ini tidak hanya akan menakutkan bagi lebih dari satu juta warga sipil Palestina yang berlindung di sana, tapi juga akan menjadi 'paku terakhir di peti mati' bagi program-program bantuan kami," sebut Guterres dalam pernyataannya.

ADVERTISEMENT

Komentar Guterres ini disampaikan setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali, pada Minggu (25/2), bahwa negaranya bermaksud melancarkan invasi darat ke Rafah dalam upaya mewujudkan "kemenangan total" atas Hamas.

Netanyahu bahkan mengklaim bahwa ketika invasi darat dilakukan, kemenangan atas Hamas hanya tinggal "beberapa minggu lagi". Dia juga menyebut bahwa potensi gencatan senjata terbaru, yang sedang dibahas di Doha, hanya akan menunda operasi militer Israel di Rafah yang sudah pasti akan dilaksanakan.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Simak juga Video: Joe Biden Harap Gencatan Senjata di Gaza Tercapai Pekan Depan

[Gambas:Video 20detik]




Perang yang berkecamuk selama lebih dari empat bulan terakhir dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu, yang menurut otoritas Tel Aviv, telah menewaskan sekitar 1.200 orang yang sebagian besar warga sipil.

Hamas juga menyandera sekitar 250 orang, yang mencakup warga Israel dan warga negara asing. Usai puluhan dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata pada November lalu, menurut data Israel, saat ini masih ada sedikitnya 130 sandera yang ditahan di Gaza, termasuk 31 orang di antaranya yang diperkirakan tewas.

Rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat, telah menewaskan sedikitnya 29.692 orang, dengan kebanyakan perempuan dan anak-anak.

Dalam pernyataannya pada Senin (26/2), Guterres menekankan bahwa "tidak ada yang bisa membenarkan pembunuhan, tindakan melukai, penyiksaan dan penculikan warga sipi yang disengaja oleh Hamas, juga penggunaan kekerasan seksual -- atau peluncuran roket tanpa pandang bulu ke arah Israel".

"Dan tidak ada yang bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina," tegasnya.

Guterres Kembali Serukan Gencatan Senjata Kemanusiaan di Gaza

Di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan, badan bantuan utama PBB untuk Palestina UNRWA menyerukan aksi politik untuk mencegah kelaparan di Jalur Gaza. Namun Guterres menekankan bahwa "bantuan kemanusiaan masih belum mencukupi".

"Saya mengulangi seruan saya untuk gencatan senjata kemanusiaan dan pembebasan semua sandera dengan segera dan tanpa syarat," tegasnya.

Dia menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan PBB dalam mengambil tindakan meskipun dirinya terus menyerukan agar badan PBB itu bertindak untuk "mengakhiri pertumpahan darah di Gaza dan mencegah eskalasi".

Guterres memperingatkan soal konsekuensi dari kurangnya tindakan Dewan Keamanan PBB terhadap Jalur Gaza dan juga terhadap perang di Ukraina. Tidak adanya tindakan, sebut Guterres, "telah sangat -- mungkin fatal -- melemahkan otoritasnya (Dewan Keamanan PBB)".

"Dewan memerlukan reformasi serius terhadap komposisi dan metode kerjanya," kritiknya.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads