Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang merupakan tokoh garis keras dalam serangan terhadap Ukraina, mengatakan bahwa Moskow akan melakukan "balas dendam" atas sanksi besar-besaran Barat.
Sehari sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan sanksi-sanksi baru menjelang genapnya dua tahun invasi Rusia di Ukraina dan setelah kematian pemimpin oposisi Alexei Navalny di penjara.
Sanksi-sanksi terbaru ini mencakup 500 target, termasuk sistem kartu kredit Mir, yang dibuat oleh Rusia untuk menghindari ketergantungan pada jaringan yang berbasis di AS, dan bisnis-bisnis utama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alasan (di balik sanksi) jelas: semakin buruk bagi warga Rusia, semakin baik bagi dunia Barat," kata Medvedev melalui media sosial, seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (24/2/2024).
"Kita semua hanya perlu mengingat hal ini dan membalas dendam kepada mereka sedapat mungkin. Mereka adalah musuh kita," cetus sekutu Putin tersebut yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia.
Medvedev menyerukan kepada bangsa Rusia untuk "menciptakan kesulitan dalam perekonomian bagi (Barat) dan menimbulkan ketidaksenangan masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Barat yang tidak kompeten."
Dia juga mengatakan Rusia harus "melakukan aktivitas lain di wilayah mereka yang tidak dapat dibahas secara publik," tambahnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Simak juga Video: Seniman Ukraina Ubah Puing-puing Bekas Perang Jadi Karya Seni
Pemerintah Rusia telah dituduh mengobarkan disinformasi di negara-negara Barat.
Kremlin telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk memberi tahu warga Rusia bahwa sanksi ekonomi tersebut dimaksudkan untuk merugikan warga negara biasa.
Medvedev menggantikan Vladimir Putin di Kremlin antara tahun 2008 dan 2012 dan masa jabatannya menunjukkan hubungan yang menghangat dengan Barat.
Sejak Putin mengirim pasukan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Medvedev secara rutin mengeluarkan pernyataan keras anti-Barat di media sosial.