Seorang pilot veteran Australia, yang pernah bekerja untuk maskapai Qantas, mengungkapkan teori mengerikan di balik tragedi hilangnya pesawat Malaysian Airlines MH370 sekitar 10 tahun lalu, yang masih menjadi misteri hingga kini. Teori apa yang dibahas?
Seperti dilansir Sky News Australia, Jumat (23/2/2024), Mike Glynn yang merupakan pensiunan pilot Qantas dan kapten pelatihan Angkatan Udara Australia (RAAF), mengungkapkan analisisnya dalam dokumenter berjudul "MH370: Ten Years On" yang ditayangkan oleh Sky News Australia pada Selasa (20/2) malam waktu setempat.
Malaysian Airlines dengan nomor penerbangan MH370 hilang sejak 8 Maret 2014, setelah pesawat jenis Boeing 777 itu lepas landas dari Kuala Lumpur dengan membawa 227 penumpang dan 12 awak pesawat. Pesawat sedang mengudara di atas Laut China Selatan menuju ke Beijing, China, saat tiba-tiba hilang dari radar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepekan kemudian, Perdana Menteri (PM) Malaysia saat itu, Najib Razak, mengatakan dengan "tingkat kepastian yang tinggi" bahwa sistem komunikasi di kokpit MH370 sengaja dimatikan.
Dalam dokumenter Sky News Australia, para pakar mempertimbangkan teori-teori seputar hilangnya MH370. Salah satu yang menyampaikan analisisnya adalah Gylnn yang mengatakan bahwa para penumpang dan awak tidak mempunyai kesempatan untuk mengganggu atau bahkan masuk ke kokpit jika sesuatu yang jahat terjadi saat pesawat itu hilang.
Menurut Glynn, para penumpang dan awak pesawat mungkin saja sudah tidak berdaya sebelum mereka mengetahui apa yang terjadi.
Salah satu teori yang beredar menyebut hilangnya MH370 merupakan kasus pembunuhan-bunuh diri oleh kapten Zaharia Ahmad Shah (53) yang memimpin penerbangan tersebut. Namun teori itu tidak pernah dikonfirmasi oleh otoritas berwenang.
"Jadi pada dasarnya, untuk menewaskan semua penumpang, yang harus dia lakukan hanyalah menekan beberapa tombol dalam beberapa saat?" tanya pembawa acara dokumenter Sky News Australia, Peter Stefanovic.
"Ya. Pastikan pintunya terkunci, sehingga tidak ada yang bisa masuk. Tidak ada yang bisa melakukan apa pun," jawab Glynn dalam dokumenter itu.
Simak Video '4 Tahun Penyelidikan MH370: Pesawat Disabotase Keluar Rute':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Lebih lanjut, Glynn menyinggung soal katup aliran keluar (outflow) pada pesawat, yang mengendalikan pelepasan udara untuk memberikan tekanan pada kabin pesawat selama penerbangan guna menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman.
"Ketika Anda membuka katup outflow ini, tekanan udara pada pesawat akan berkurang dengan sangat cepat," sebutnya.
"Jika pesawat tidak menurunkan ketinggian, Anda akan mulai merasa sangat hipoksia dalam waktu tiga atau empat menit," imbuh Glynn.
Hipoksia terjadi ketika jaringan tubuh manusia tidak menerima cukup oksigen, yang kemudian bisa memicu kebingungan dan detak jantung cepat sebelum kehilangan kesadaran.
Insiden serupa pernah terjadi tahun 2005 ketika pilot maskapai Helios Airways gagal untuk mengatur tekanan kabin pesawat dengan benar, yang menyebabkan 121 penumpang dan awak tidak sadarkan diri sebelum pesawat jatuh di Yunani dua jam kemudian karena kehabisan bahan bakar.
Dalam dokumenter itu, Stefanovic bertanya lebih lanjut soal keamanan di udara, terutama soal apakah pintu kokpit "tricky" untuk dikunci.
Glynn menjawab tidak demikian, dan menjelaskan bahwa kunci pada pintu kokpit dirancang untuk mencegah orang-orang, baik penumpang maupun awak, untuk masuk ke kokpit, menyusul pembajakan pesawat dalam serangan 9/11 di Amerika Serikat (AS) tahun 2001 silam.
"Pintu akan tertutup secara otomatis, dan Anda bisa menguncinya dengan tombol," tuturnya. "Dan Anda juga bisa, ada gerendel manual yang melarang akses masuk apa pun ke dek penerbangan. Anda bisa melakukan serangan sepenuhnya terhadap pintu (kokpit), itu tidak akan berdampak apa pun," imbuhnya.
Simak juga Video '4 Tahun Penyelidikan MH370: Pesawat Disabotase Keluar Rute':