Kepolisian Rusia menahan lebih dari 100 orang yang menghadiri acara memorial yang digelar secara spontan untuk mendiang tokoh oposisi Alexei Navalny. Usai kabar kematian Navalny mencuat, orang-orang berkumpul di berbagai wilayah Rusia dan meletakkan bunga untuk menghormati Navalny.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (17/2/2024), Navalny yang berusia 47 tahun dan dikenal sebagai pengkritik Kremlin itu sedang menjalani masa hukuman 19 tahun penjara di sebuah lembaga pemasyarakatan di kawasan Arktik, ketika otoritas setempat mengumumkan kematiannya.
Sosok Navalny, seorang pengacara karismatik yang dianggap sebagai pengkritik paling vokal terhadap Presiden Vladimir Putin, secara luas dipandang sebagai pemimpin oposisi utama Rusia dan satu-satunya politisi yang mampu mengumpulkan banyak orang untuk melawan Putin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar meninggalnya Navalny itu memicu kesedihan di kalangan pendukungnya. Orang-orang terlihat berkumpul untuk meletakkan bunga di monumen-monumen yang ada di berbagai wilayah Rusia pada Jumat (16/2) malam, setelah Navalny dikabarkan meninggal dunia di dalam penjara.
Menurut sejumlah video yang beredar di media sosial, beberapa orang ditahan polisi saat menghadiri perkumpulan yang digelar secara spontan tersebut.
Hingga Sabtu (17/2) waktu setempat, menurut laporan kelompok HAM OVD-Info, "lebih dari 101 orang" telah ditahan otoritas berwenang di sedikitnya 10 kota berbeda di Rusia.
Sebanyak 64 orang di antaranya, sebut OVD-Info, ditahan di kota Saint Petersburg, yang merupakan kota terbesar kedua di Rusia.
Sekitar 11 orang lainnya ditahan di wilayah Moskow, dan beberapa orang lainnya ditahan di kota Nizhny Novgorod, Krasnodar, Rostov-on-Don dan Tver.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak juga Video: Putin Lebih Sreg dengan Biden Ketimbang Trump
Aksi protes merupakan tindakan ilegal di Rusia, berdasarkan undang-undang anti-perbedaan pendapat yang berlaku secara ketat. Otoritas berwenang telah melakukan tindakan keras terhadap unjuk rasa untuk mendukung Navalny.
Otoritas Moskow mengatakan pada Jumat (16/2) waktu setempat bahwa mereka mengetahui adanya seruan online "untuk mengambil bagian dalam aksi massa di pusat kota Moskow" dan memperingatkan orang-orang agar tidak ikut berpartisipasi.
Sebelumnya, otoritas Rusia mengumumkan bahwa Navalny (47) meninggal pada Jumat (16/2) waktu setempat di penjara Arktik, sekitar sebulan sebelum pemilu yang akan memperpanjang kekuasaan Putin digelar.
Lembaga Pemasyarakatan Federal Distrik Otonomi Yamalo-Nenets mengatakan dalam pernyataannya bahwa Navalny merasa tidak enak badan setelah berjalan-jalan di area kompleks penjara IK-3 di Kharp, yang berjarak 1.900 kilometer sebelah timur laut Moskow.
Disebutkan bahwa Navalny kehilangan kesadaran dan meninggal dunia tak lama kemudian. Ditambahkan juga oleh otoritas lembaga pemasyarakatan itu bahwa upaya resusitasi telah dilakukan terhadap Navalny, namun berujung kegagalan. Petugas medis dari Rumah Sakit Labytnangi City menuturkan bahwa mereka menghabiskan lebih dari "setengah jam" untuk mencoba menyadarkan kembali Navalny.
"Dokter darurat menyatakan tahanan itu meninggal. Penyebab kematiannya sedang selidiki," papar keterangan resmi pengelola penjara itu merujuk pada Navalny, seperti dikutip BBC dalam laporannya.