Bentrokan mematikan kembali terjadi di wilayah Manipur yang rawan konflik di India bagian timur laut. Sekelompok warga berusaha menyerbu gedung kepolisian setempat. Sedikitnya tiga orang tewas dalam bentrokan terbaru ini.
Seperti dilansir AFP, Jumat (16/2/2024), ratusan orang menyerbu gedung kepolisian di Manipur untuk menuntut ditugaskannya kembali seorang polisi yang dinonaktifkan karena berfoto selfie dengan kelompok milisi setempat.
Negara bagian Manipur yang terletak dekat perbatasan Myanmar ini telah dilanda konflik etnis sejak tahun lalu, yang menewaskan sedikitnya 200 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bentrokan terbaru di wilayah itu terjadi pada Kamis (15/2) waktu setempat, tepatnya di distrik Chirachandpur, di mana kepolisian melaporkan via media sosial bahwa massa yang terdiri atas 400 orang menyerbu kantor inspektur kepolisian setempat.
Menurut kepolisian negara bagian tersebut, para personel keamanan setempat merespons "dengan tepat dengan menembakkan gas air mata untuk mengendalikan situasi".
Televisi lokal NDTV melaporkan bahwa massa yang menyerbu kantor polisi itu menuntut pengangkatan kembali seorang polisi yang telah dijatuhi sanksi skorsing karena berfoto dengan "penjahat bersenjata".
Juru bicara Forum Pemimpin Suku Adat di negara bagian Manipur, Ginza Vualzong, menuturkan kepada AFP pada Jumat (16/2) waktu setempat bahwa sedikitnya tiga orang tewas dan 25 orang lainnya mengalami luka serius dalam bentrokan terbaru. Dia tidak menjelaskan informasi detail soal para korban.
"Ada penutupan total di kawasan itu sehingga tidak ada pergerakan," ucap Vualzong.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak juga Video: Ledakan Dahsyat Guncang Pabrik Petasan di India, 11 Orang Tewas
Otoritas negara bagian Manipur juga memberlakukan kembali pemutusan akses internet di distrik tersebut selama lima hari, berdasarkan pemberitahuan yang dirilis pada Jumat (16/2) waktu setempat.
Manipur terpecah-belah berdasarkan etnis sejak kerusuhan pecah pada Mei tahun lalu, antara komunitas Meitei yang mayoritas menganut Hindu dan komunitas Kuki yang menganut Kristen.
Milisi-milisi yang bermusuhan memasang blokade di beberapa bagian wilayah Manipur untuk mencegah masuknya anggota komunitas lawan.
Ketegangan yang sudah berlangsung lama antara kedua kelompok etnis itu mencakup persaingan memperebutkan tanah dan pekerjaan publik, dengan para aktivis HAM menuduh para pemimpin setempat memperburuk perpecahan etnis demi keuntungan politik.
Human Rights Watch (HRW) menuding otoritas negara bagian Manipur, yang dikuasai partai yang menaung Perdana Menteri (PM) Narendra Modi, telah memfasilitasi konflik dengan "kebijakan yang memecah-belah yang mendorong mayoritarianisme Hindu".